Suara.com - Peristiwa kerusuhan di stadion Kanjuruhan, Malang, menyisakan duka mendalam terutama bagi keluarga ratusan orang yang menjadi korban. Akibat kerusuhan suporter itu, lebih dari 180 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya alami luka-luka.
Sejak dulu, pendukung sepakbola memang dikenal sebagai salah satu suporter olahraga yang loyal terhadap tim yang didukungnya. Hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga banyak negara lain.
Tak heran bila para suporter itu rela menempuh perjalanan jauh hingga berdesakan di stadion demi menonton langsung pertandingan tim kesayangannya.
![Seorang warga melintas di samping mobil yang terbakar pasca kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022). [ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc]](https://media.suara.com/pictures/original/2022/10/02/43624-suasana-pasca-kerusuhan-di-stadion-kanjuruhan-tragedi-kanjuruhan.jpg)
Tetapi, kisah haru justru tersebar di media sosial tentang seorang pendukung tim Arema FC yang dilarang pergi ke stadion Kanjuruhan, Malang, oleh ibunya.
Dari depan pintu kamar anaknya, sang ibu menasehati agar tidak berlebihan dalam mendukung tim sepakbola. Menurut ibunya, memberi dukungan juga bisa dilakukan dari rumah dengan menonton dari televisi.
"Ngerti lah kalau dikasih tahu. Gak usah ke Kanjuruhan, Kanjuruhan itu. Dukung ya dukung, sewajarnya aja. Gak usah aneh-aneh. Di TV juga cukup. Ngerti, gak, ibunya kalau ngomong," tutur si ibu dalam bahasa Jawa.
Si anak yang memvideokan ucapan si ibu itu beberapa kali kerap mengarahkan kamera ke arah gambar lambang Arema FC yang di temboknya. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun hingga video berdurasi 23 detik itu selesai.
Hingga akhir video juga tidak dijelaskan apakah si anak akhirnya pergi ke stadion Kanjuruhan, Malang, atau tidak.
Video tersebut diunggah di Tiktok @tomen87, yang dibagikan ulang oleh @indosupporter.
Baca Juga: Penggunaan Gas Air Mata di Tragedi Stadion Kanjuruhan Jadi Sorotan
"Sepakbola 90 menit, kasih sayang orang tua sepanjang masa," tulisnya.