Suara.com - Mendengar kata madu tentu sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang. Tapi pernahkah tahu tentang seluk belu budidayanya?
Satu hal yang tidak banyak diketahuii, bahwa budidaya madu telah memberikan telah memberikan keuntungan dan menopang perekonomian sejumlah pembudidaya lebah madu. Salah satunya dari binaanPerusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) salah satu unit usaha APP Sinar Mas, PT Wirakarya Sakti.
Kelompok Usaha Mandiri di Desa Sungai Rambai, Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi misalnya, telah memulai budidaya lebah sejak 2020. Kini kelompok yang memiliki 11 anggota ini telah mengelola 2.000 kotak lebah jenis Apis Mellifera.
Kelompok Usaha Mandiri ini bermitra dengan PT WKS melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA)--program andalan APP Sinar Mas--untuk mengelola hasil hutan bukan kayu (HHBK) madu. Kelompok tersebut diberikan fasilitas berupa alokasi tempat penangkaran lebah di dalam area konsesi hutan akasia.
Baca Juga: 4 Manfaat Minum Lemon dan Madu bagi Kesehatan
“Kami juga diberikan fasilitas berupa peningkatan kapasitas dan sumber daya. Rencananya tanggal 3 Oktober 2022 mendatang, Kami akan berpartisipasi dalam pameran di Jakarta yang difasilitasi oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN),” kata Wanudin, Ketua Kelompok Tani Lebah Usaha Mandiri dalam keterangannya, Jumat, (30/9/20220).
Sejak bermitra dengan perusahaan PT. WKS, Wanudin, mengaku telah memberikan banyak perubahan ekonomi kelompoknya. Dari semula kelompok ini hanya fokus pada bagi hasil kemitraan, kini kelompok tersebut memiliki pendapatan lain dari budidaya lebah sehingga membantu menopang pendapatannya.
Selain itu, produk madu dari penangkaran yang mereka kelola itu terus meningkat. Dalam sebulan kelompoknya bisa memproduksi sebanyak 7 ton madu murni. Namun peningkatan produksi madu ini kata Wanudin, masih memiliki kendala dan belum mampu diserap sepenuhnya.
“Rata-rata sebulan yang terjual 1,5 ton, sehingga sisanya masuk stok di gudang,” ujar Wanudin seraya menambahkan rata-rata dalam sebulan kelompok ini membukukan omzet puluhan juta dengan harga rata-rata Rp40-70 ribu per kilogram.
Sejak sebulan lalu kelompok mereka telah membuka cabang pemasaran di Batam Kepulauan Riau. Melalui kantor pemasaran di luar daerah ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan harga juga yang lebih tinggi.
Baca Juga: Tanya Dokter: Konsumsi Madu Angkak Saat Sakit DBD Memang Aman, Dok?
“Di Batam prospeknya masih bagus, dan harga jualnya masih tinggi. Tapi karena kita masih baru belum mampu menyerap semua produksi,” ujarnya.
Selain itu, melalui program kemitraan ini kelompok Usaha Mandiri yang diketuai Wanudin ini, kini telah memiliki merek dagang sendiri. Usaha madu mereka memiliki brand “Madu Murni Melifira”.
Sama halnya dengan Wanudin, Febri, pemuda Desa Kelagian, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi, merasakan betul bisa cuan dari budidaya lebah madu. Dari semula ia mengembangkan 68 kotak, kini kota-kotak yang dihuni lebah itu terus berkembang.
"Kalau mulai usaha madu ini sejak 2020. Sekarang sudah ada hampir 200-an kotak," kata Febri dihubungi dari Jambi, Rabu (28/9/2022).
Lebah yang ia kembangkan adalah lebah unggul jenis Apis mellifera. Jenis lebah madu ini kata dia, menjadi favorit para peternak lebah. Selain mampu produksi madu yang banyak, lebah jenis ini juga mempunyai adaptasi yang sangat baik.
Dalam perbulan usaha budidaya lebah Apis Mellifera yang dikelola Febri mampu memproduksi 100 kilogram madu untuk 60 kotak. Jika kondisi cuaca bersahabat dan perawatan bagus untuk budidaya 200 kotak bisa memproduksi 600 kilogram.
"Usaha madu ini butuh perawatan ekstra, kalau perawatan bagus hasilnya juga bagus dan banyak," kata dia.
Produk madunya kini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam Provinsi Jambi saja, namun juga dikirim ke luar daerah seperti ke Jawa dan Medan. Madu dikirim dalam jumlah besar yang dikemas dalam galon.
Untuk harga madu sekarang kata Febri, cenderung fluktuatif, tergantung harga pasar. Satu kilogram harga madu terendah mencapai Rp50 ribu dan tertinggi Rp70 ribu.
"Karena yang jual madu ini banyak, harganya tergantung pasar dan supplay-demand," ujar Febri.
Usaha lebah madu yang dikembangkan Febri ini dikembangkan di sekitar konsesi akasia HTI PT WKS. Ia pilih lokasi di sekitar konsesi karena pohon akasia memberikan sumber makanan yang baik dan tersedia sepanjang tahun bagi koloni lebah.
Berhubung lokasi budidaya di sekitar konsesi tanaman industri itu, sehingga mendorong usahanya bermitra dengan Perusahaan tersebut, dan Perusahaan memberikan bantuan untuk pengembangan usahanya.
"Sudah lama bermitra dengan WKS, ya sekarang lumayan terbantu usaha jadi bisa berkembang. Dan sekarang saya dibantu oleh 2 orang anggota yang mengurus lebah," kata Febri.