Suara.com - Kabar mengejutkan datang dari pasangan Lesti Kejora dan Rizky Billar. Pedangdut jebolan pencarian bakat tersebut melaporkan sang suami atas dugaan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Hal tersebut langsung dikonfirmasi oleh Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi, hari ini, Kamis (29/9/2022). Menurutnya, Lesti Kejora melaporkan kasus yang dialaminya tersebut Rabu malam (28/9/2022).
"Iya betul, jadi saudari L datang semalam ke Polres Jakarta Selatan untuk melaporkan perihal kasus KDRT," ujar Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi, Kamis (29/9/2022).
Penyidik bergerak cepat menindaklanjuti laporan Lesti Kejora. Ibu satu anak itu langsung jalani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) malam itu juga.
Baca Juga: Mbah Mijan Selain Soroti Lesti Kejora yang Polisikan Rizky Billar juga Terawang Hal ini
"Sudah, sudah diperiksa. Kami sudah mintai keterangan soal apa yang dilaporkan," lanjut dia.
Bukan cuma itu, untuk melengkapi laporan, Lesti Kejora juga melampirkan bukti visum dugaan kekerasaan yang dilakukan Rizky Billar.
Untuk saat ini, polisi belum menjelaskan lebih detail terkait laporan Lesti Kejora. Kronologis hingga bentuk KDRT yang dilakukan juga belum diketahui.
KDRT tentu memiliki dampak fisik, emosional, hingga psikologis dalam jangka pendek maupun jangka panjang pada perempuan. Untuk mengetahui dampak yang mungkin muncul saat seorang perempuan mengalami kekerasan, berikut daftarnya.
1. Cedera Fisik dan Kematian
Baca Juga: Hasil Visum Lesti Kejora yang Laporkan Rizky Billar Atas Kasus Dugaan KDRT, Begini Kata Polisi
Dampak fisik yang nyata dari kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga terhadap perempuan adalah cedera fisik dan kematian. Namun ada juga efek lain pada kesehatan fisik lain seperti insomnia, nyeri kronis, kelelahan fisik, dan masalah kesehatan reproduksi – yang belum tentu merupakan akibat langsung dari cedera fisik.
2. Sebabkan Keguguran
Perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga memiliki tingkat keguguran yang lebih tinggi, kemungkinan besar karena kehamilan sering kali merupakan saat kekerasan dimulai atau semakim parah.
3. Depresi dan Gangguan Kecemasan
Perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga lebih mungkin mengalami depresi, serangan panik, fobia, kecemasan, dan gangguan tidur.
Mereka memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan berisiko lebih besar untuk mencoba bunuh diri.
4. Peyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan
Mereka juga berada pada peningkatan risiko penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan lain, dan menggunakan obat penenang ringan dan pembunuh rasa sakit.
5. Alami Intimidasi dan Ketakutan Terus Menerus
Perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga seringkali tidak dapat bertindak atas pilihannya sendiri karena pengekangan fisik, ketakutan dan intimidasi. Mereka sering hidup dalam ketakutan terus-menerus akan pelanggaran lebih lanjut.
Mereka sering dibungkam dan tidak mampu mengungkapkan sudut pandang atau pengalaman mereka.
6. Isolasi Sosial
Perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga seringkali mengalami isolasi sosial, termasuk dari keluarga besarnya sendiri. Isolasi dapat menjadi bentuk pengendalian perilaku atau konsekuensi dari stres, kecemasan, rasa malu, kelelahan fisik, penyalahgunaan zat, cedera fisik, dan ketakutan perempuan.
7. Merasa Tak Mampu Melindungi Anak
Perempuan mungkin merasa tidak mampu untuk melindungi anak-anak mereka; ini dapat memiliki efek serius pada identitas dan kepercayaan diri mereka sebagai ibu. Kapasitas perempuan untuk menjadi orang tua bagi anak-anak mereka dapat dipengaruhi oleh efek fisik, emosional dan kognitif dari pengalaman kekerasan mereka sendiri, dan oleh upaya sengaja laki-laki untuk melemahkan kepercayaan diri dan kemampuan mereka sebagai ibu.