Mengapa Lebih Banyak Wanita Mengajukan Perceraian daripada Pria? Ada 3 Faktor Utama

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Kamis, 29 September 2022 | 10:04 WIB
Mengapa Lebih Banyak Wanita Mengajukan Perceraian daripada Pria? Ada 3 Faktor Utama
Ilustrasi bercerai (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keputusan untuk mengakhiri pernikahan seringkali sulit. Tapi ketika harus mengajukan perceraian, ada pola yang jelas tentang siapa yang melakukannya pertama kali, yakni pihak wanita.

Contohnya di AS, hampir 70 persen perceraian diprakarsai oleh perempuan. Menurut sebuah studi penelitian tahun 2015 yang dilakukan oleh American Sociological Association (ASA), menunjukkan dua pertiga dari semua perceraian diprakarsai oleh wanita. Di antara wanita berpendidikan perguruan tinggi, jumlah ini melonjak hingga 90%.

Mengapa ini bisa terjadi? Pada dasarnya bermuara pada tiga faktor utama. Berikut tiga alasan utama mengapa wanita lebih sering mengajukan cerai daripada pria.

1. Wanita tidak lagi mentolerir perilaku konsisten yang tak dapat mereka terima

Baca Juga: Heboh Pengantin Wanita Mendadak Kesurupan Saat Pesta Pernikahannya Berlangsung

Dahulu, kebanyakan wanita tidak bekerja sebanyak sekarang. Karena itu, istri akan lebih bergantung pada suami, meski harus menerima perilaku kasar dan lalai.

Namun wanita di era ini tidak lagi bergantung pada laki-laki untuk menyediakan sumber daya. Akibatnya, wanita tidak mau lagi menerima perilaku yang tidak bertanggung jawab secara konsisten dari suami mereka seperti sebelumnya.

Ilustrasi Perceraian (Pexels/cottonbro)
Ilustrasi Perceraian (Pexels/cottonbro)

2. Wanita sering kali menanggung lebih banyak beban emosional

Dikutip dari laman The Whitley Law Firm, komunikasi adalah kunci dalam pernikahan apa pun, tetapi seringkali merupakan area di mana banyak pasangan kesusahan.

Umumnya, pria tidak diajarkan bagaimana mereka dapat berkomunikasi dan memproses emosi. Akibatnya, wanita dalam pernikahan mendapati bahwa mereka sering kali akan mengambil lebih banyak tanggung jawab emosional.

Baca Juga: Profil Roro Fitria, Artis yang Tengah Hadapi Sidang Perceraian Penuh Drama

Seiring waktu, hal ini berdampak pada seseorang, secara mental, fisik, dan tentu saja secara emosional. Tanpa dukungan emosional dari suami, istri akan merasa sendiri tanpa sumber dukungan dalam pernikahan.

3. Wanita cenderung menjadi pihak yang lebih tertekan

Dalam banyak pernikahan, perempuan masih dipandang sebagai penanggung jawab utama untuk tugas-tugas rumah tangga. Saat wanita bekerja full-time pun, ia masih melakukan lebih banyak pekerjaan rumah tangga daripada pria.

Selain itu, wanita sering menemukan bahwa suami mereka tidak mendukung ketika mereka sangat sukses dalam karir mereka. Dalam sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam Personality and Social Psychology Bulletin, yang mencakup lebih dari 6.000 pasangan heteroseksual Amerika selama 15 tahun, banyak pria mengalami "tekanan psikologis" jika istri mereka menghasilkan lebih dari 40% pendapatan rumah tangga dalam sebuah pernikahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI