Riset Google: Masyarakat Lebih Sering Pakai 'Healing' Untuk Jalan-Jalan Dibanding 'Traveling'

Selasa, 27 September 2022 | 08:30 WIB
Riset Google: Masyarakat Lebih Sering Pakai 'Healing' Untuk Jalan-Jalan Dibanding 'Traveling'
Ilustrasi liburan (Freepik.com/Tawatchai07)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wisata menjadi satu bagian penting yang dibutuhkan banyak orang. Dengan berwisata, itu akan membuat perasaan menjadi lebih tenang dan bahagia. Sejak pandemi saat ini, istilah wisata sendiri lebih sering dikenal dengan kata ‘healing’.

Penggunaan kata ‘healing’ sering diartikan sebagai pergi ke suatu tempat untuk memperbaiki suasana hati dari pekerjaan yang dijalani.

Travel Industry Analyst, Google Indonesia, Vania Anindiar mengungkapkan, masyarakat lebih sering menggunakan kata healing dibandingkan traveling. Bahkan, berdasarkan data yang terdapat di Google, kata healing meningkat 500 persen digunakan untuk artian jalan-jalan.

Ilustrasi liburan (Unsplash.com/Tron Le)
Ilustrasi liburan (Unsplash.com/Tron Le)

“Berdasarkan data Google search, kata healing jadi konsep baru dari traveling. Jadi orang Indonesia sering gunakan kata healing  untuk melakukan perjalanan,” kata Vania dalam siaran pers, Senin (26/9/2022).

Baca Juga: Mertua Tak Tahu Diri, Utang Sana-sini Minta Dibayari Anak dan Menantu, tapi Masih Sering Foya-foya

Selain itu, Vania menjelaskan, makna ‘healing’ bagi masyarakat juga mengarah pada perjalanan dengan makna. Hal ini juga membuat perubahan pencaharian healing sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

“Setelah pandemi, travel ini lebih dari sekadar jalan jalan, masyarakat milihnya yang ada meaningnya gitu lebih dalam. Dan healing kata yang digunakan. Kalau di 2021 misalnya pada nyari ‘self healing’ atau ‘healing artinya’. Tapi di 2022,  nyarinya lebih ke ‘tempat healing’, ‘liburan healing’, atau ‘healing di Bandung’,” sambungnya.

Dari kepopuleran tersebut juga sangat berpengaruh pada kenaikan lainnya, termasuk desa wisata. Vania menjelaskan, berdasarkan data kenaikan desa wisata ini mencapai angka 68 persen.

Selain itu, masyarakat lebih mencari lokasi yang belum banyak didatangi orang lain, seperti desa wisata. Vania menuturkan, semakin sepi lokasi tersebut, tempat itu juga yang justru banyak diminati.

“Healing ada efek minat masyarakat jadi pilih tempat liburan yang damai yang justru enggak terkenal atau terpencil. Ini juga berefek pada peningkatan desa wisata yang capai 68 persen,” jelas Vania.

Baca Juga: Tampilkan Pemasangan Tali Unik, Terungkap! Video Teaser Google Pixel Watch

Vania menambahkan, Beberapa lokasi yang mengalami kenaikan lebih kepada wisata alam di antaranya, Kintamani (64 persen), Lombok (34 persen), Danau Toba (26 persen), Sabang (22 persen), Ijen (30 persen), Singkawang (33 persen), dan Bunaken (23 persen).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI