Suara.com - Dokter anak angkat bicara terkait alergi udara kotor yang terjadi pada anak pasangan Nikita Willy dan Indra Priawan. Apa penjelasannya?
Anak Nikita Willy, Issa Xander Djokosoetono jatuh sakit tak lama setelah pertama kali pulang ke Jakarta setelah sempat tinggal Los Angeles, Amerika Serikat selama beberapa bulan.
Indra Priawan, suami Nikita, menceritakan kalau anak mereka sakit usai diajak jalan-jalan di area luar rumah. Tak lama setelahnya, Issa justru batuk-batuk.
"Pas dia menyesuaikan dengan udara Jakarta, si Issa sempat sakit," kata Indra Priawan dikutip dari kanal YouTube Nikita Willy Official, Rabu (14/9/2022).
Baca Juga: Sampai di Indonesia, Putra Nikita Willy Ternyata Alergi Udara Kotor
Indra Priawan menduga, Issa tidak terbiasa dengan udara Jakarta yang disebutnya lebih kotor dibandingkan di Los Angeles. Setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, Issa ternyata memang alergi terhadap udara kotor.
"Kita pikir kenapa nih batuk-batuk? Ternyata alergi dengan udara yang kotor," tuturnya yang juga dibenarkan oleh Nikita sendiri.
Reaksi alergi pada anak saat berpindah ke wilayah dengan iklim berbeda memang lumrah terjadi. Dokter spesialis anak dr. Lucia Nauli Simbolon, Sp.A., menjelaskan bahwa Indonesia yang berbeda iklim dengan Amerika Serikat mempengaruhi jumlah polusi juga debu yang berbeda.
"Kalau konteks anaknya Nikita Willy, dia perbedaan udara di luar negeri ke negara kita. Indonesia itu udaranya tropis, otomatis udaranya banyak berdebu, banyak polusi, kemudian alergi sama suhu tertentu. Misalnya, terlalu panas atau terlalu dingin," jelas dokter Lucia saat dihubungi suara.com, Rabu (14/9/2022).
Ia menambahkan bahwa alergi yang muncul itu juga karena proses adaptasi pada bayi akibat perbedaan suhu serta kualitas udara. Terlebih, sistem kekebalan bayi umumnya masih belum optimal.
Baca Juga: Alergi Udara Kotor, Anak Nikita Willy Jatuh Sakit Saat Tiba di Jakarta
Selain itu, dokter Lucia juga mengatakan bahwa alergi tersebut bisa jadi tidak hanya disebabkan polusi udara Jakarta yang lebih buruk.
"Debunya pasti beda. Polusinya pasti beda. Kendaraan bermotor di negara kita kan banyak banget. Suhunya juga beda. Kita gak tahu sebenarnya yang mana. Jadi, bukan ke iklim, tapi debu, polusi, udara, suhu tertentu. Jadi alergi udara itu banyak faktornya bukan hanya iklim, tapi debu, polusi, atau suhu tertentu. Alergi udara juga termasuk serbuk sari, bulu binatang, jamur, dan tungau debu," paparnya.
Selain bisa sebabkan sakit pada area pernapasan, alergi debu dan suhu itu juga menimbulkan gejala pada kulit bayi. Seperti, ruam merah, bentol, atau bengkak pada kulit.
"Yang paling parah bisa syok anafilaksis atau sesak napas, tapi itu jarang sekali," pungkas dokter Lucia.