Selain Rasuna Said, Ini 4 Pahlawan Nasional Wanita yang Memperjuangkan Hak Perempuan Indonesia

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Rabu, 14 September 2022 | 08:51 WIB
Selain Rasuna Said, Ini 4 Pahlawan Nasional Wanita yang Memperjuangkan Hak Perempuan Indonesia
Tampilan Google doodle Rasuna Said. (Google doodle)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu pahlawan nasional perempuan Indonesia dari Sumatera, yakni Hajjah Rangkayo (HR) Rasuna Said muncul di Google Doodle pada hari ini, Rabu (14/9/2022).

Jika kursor diarahkan ke gambar tersebut, maka akan ada tulisan "Ulang Tahun ke-112 Rasuna Said". Google Doodle kali ini dibuat sebagai bentuk penghargaan kepada Rasuna Said.

Rasuna Said lahir di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada 14 September 1910. 

Di tahun 1930, ia berhenti mengajar lantaran merasa perlu melakukan perjuangan politik, sebab ia beranggapan bahwa kemajuan perempuan tidak hanya diperoleh dari sekolah saja.

Baca Juga: Google Rayakan Hari Lahir Rasuna Said Lewat Doodle, Perempuan Pejuang Kemerdekaan

Dalam masa-masa pergerakan kemerdekaan Indonesia ia dikenal sebagai sosok yang lantang bersuara untuk membela hak-hak perempuan lewat jalur politik. Beliau pun ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 1974.

Seperti halnya Raden Ajeng (RA) Kartini, Rasuna Said juga memperjuangkan persamaan hak antara pria dan wanita. Namun perlu diketahui, ada beberapa pahlawan nasional perempuan selain Rasuna Said dan RA Kartini yang tak henti memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia.

Siapa saja? Berikut daftarnya melansir dari laman Direktorat K2KRS Kementerian Sosial.

1. Maria Walanda Maramis

Doodle Maria Walanda Maramis. [Google]
Doodle Maria Walanda Maramis. [Google]

Merupakan pendidik dan penggiat hak-hak perempuan dari Minahasa. Ia adalah sosok pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan. Ia mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada 8 Juli 1917, dengan tujuan memajukan pendidikan perrempuan Minahasa.

Baca Juga: Mengenal Rasuna Said yang Muncul di Doodle Mesin Pencarian Google

Pada 1919 Maria berhasil memperjuangkan kaum perempuan Minahasa mendapatkan hak suara untuk memilih wakil rakyat di Minahasa Raad

2. Raden Dewi Sartika

Peduli dengan pendidikan kaum perempuan, Dewi Sartika membuat sekolah bernama Sekolah Isteri di Pendopo pada 16 Januari 1904. Lalu, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri di tahun 1910 dan berubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.

Membuat tulisan berjudul ”De Inlandsche Vrouw” (Wanita Bumiputera) ia menghendaki adanya persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Untuk pekerjaan yang sama dilakukan seorang wanita, harus diberi pendidikan.

3. Nyai Ahmad Dahlan

Lahir dengan nama Siti Walidah, Nyai Ahmad Dahlan merupakan tokoh emansipasi perempuan yang memprakarsai berdirinya perkumpulan Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk wanita Islam. Perkumpulan ini fokus pada tiga bidang, yaitu dakwah, pendidikan, dan sosial untuk membina generasi muda, terutama perempuan Islam agar tekun, gigih, dan berpendidikan.

Nyai Ahmad Dahlan terus melakukan perjuangannya bahkan setelah suaminya meninggal dunia.

4. Rohana Kuddus

Rohana Kuddus adalah salah satu pahlawan nasional perempuan yang berasal dari Sumatera Barat. Ia merupakan tokoh pendidik sekaligus tokoh pers pertama yang memperjuangkan hak-hak perempuan lewat media cetak melalui koran Soenting Melajoe yang terbit tahun 1912.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI