Konsep Ekowisata Makin Dilirik di Tengah Krisis Iklim, 10.000 Bibit Mangrove Ditanam di Belitung

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 13 September 2022 | 14:05 WIB
Konsep Ekowisata Makin Dilirik di Tengah Krisis Iklim, 10.000 Bibit Mangrove Ditanam di Belitung
Ilustrasi mangrove. (Dok: Elements Envanto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konsep ekowisata belakangan semakin banyak dilirik di tengah maraknya isu krisis iklim. Kondisi itu yang kemudian membuat PT Mowilex Indonesia bekerja sama dengan Ditjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan penanaman 10.000 bibit mangrove kali ini di kawasan Belitung pada Jumat (09/09/2022).

“Kami memulai penanaman pohon dan khususnya Mangrove di wilayah Tukad Mati, Bali pada tahun 2020. Kami memilih untuk fokus melakukan penanaman Mangrove, karena mangrove mampu menyerap karbon lebih banyak dibandingkan pohon tropis lainnya, dengan isu perubahan iklim yang terjadi, upaya penanaman Mangrove kami anggap sebagai langkah tepat untuk dapat berkontribusi menurunkan karbon di masa yang akan datang.”, ujar Direktur Marketing PT Mowilex Indonesia, Anna Yesito Wibowo dalam keterangannya, Selasa, (13/9/2022)/ 

Anna mengatakan bahwa PSKL-KLHK menyambut baik inisiatif tersebut yang memberikan dampak baik bagi hutan, lingkungan dan masyarakat, Kegiatan penanaman ini dilaksanakan di Kawasan Hutan Mangrove, yang mampu menyimpan karbon (carbon sinks) sebanyak 4 s.d 5 kali lebih banyak daripada hutan tropis daratan, terutama kandungan dalam tanahnya (coverground).

Selain itu, hutan mangrove menjadi rumah bagi biota pesisir serta ekosistem secara keseluruhan. Dengan pemanfaatan yang baik secara lestari, mangrove juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, misalnya melalui ekowisata, budidaya ikan tangkap, maupun dijadikan berbagai produk seperti batik, kecap, sirup, dll.

Baca Juga: Sosialisasi Pengelolaan Ekowisata Penyu di Perbatasan RI-Malaysia, BPBD Kalbar: Memadukan 3 Komponen Penting

Kegiatan penanaman mangrove ini sejalan dengan tugas penting Indonesia sebagai negara pertama yang menyatakan bahwa sektor Forestry and Other Land Use (FOLU) akan mencapai kondisi net sink pada tahun 2030.

Sebagai informasi, Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai dimana tingkat serapan emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada tahun 2030 akan seimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi.

Ke depannya, mangrove menjadi peluang untuk dielaborasi dalam Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030 karena kapasitas mangrove dalam mengurangi emisi dari sektor lahan dapat diperhitungkan.

Memiliki visi yang sama dengan isu yang diangkat pada G20 tentang isu perubahan iklim, Anna mengatakan pihaknya telah memulai program CSR yang dibuat dalam kampanye Mowilex Sustainability Initiative memiliki tiga pilar yaitu Kurangi, Hindari, Offset pada tahun 2019.

" Kami elah melakukan banyak inisiatif, perubahan serta mengurangi dan mengganti beberapa hal terkait operasionalnya dan menjadi perusahaan manufaktur pertama yang tersertifikasi netral karbon di Indonesia," kata dia.

Baca Juga: 25 Ilmuwan Muda Papua Siap Bantu Rumuskan Kebijakan Hadapi Krisis Iklim

Lebih lanjut, selain melakukan penanaman pohon, produsen cat premium ini juga berkontribusi dalam program Konservasi Indonesia dan Pemerintah Sumbawa, yaitu melindungi habitat Hiu Paus serta mendukung ekowisata agar kelestarian Hiu Paus terus terjaga. Melakukan penghijauan pada hutan di Rimba Raya, Kalimatan, yang merupakan habitat bagi ratusan Orang Utan. Semua inisiatif ini dilakukan utuk turut andil dalam langkah memitigasi perubahan iklim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI