Suara.com - Quiet quitting adalah istilah yang merujuk pada tren baru yang berkembang di dunia kerja belakangan ini. Tren ini dikatakan sebagai 'perlawanan' dari hustle culture yang seperti sudah mengakar pada kaum pekerja kota besar, yang ternyata efeknya sangat buruk untuk kesehatan mental dan fisik.
Namun sebenarnya apa arti dari quiet quitting ini?
Nah, pembahasan singkat dan padatnya bisa Anda dapatkan dalam penjelasan di poin berikut ini!
Mengenal Apa Itu Quiet Quitting
Dikutip dari The Conversation, quiet quitting merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kebiasaan kerja yang sesuai pada jam kerja dan alokasi kerja yang telah diberikan sejak awal. Jelas, hal ini seperti berlawanan dengan hustle culture yang membuat pekerja rela lembur atau bekerja di luar tugas utamanya.
Secara nyata, tren ini dianggap dapat membantu seseorang mendapatkan hidup yang lebih seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Tren ini sendiri mengemuka karena efek buruk dari bekerja yang terlalu keras dirasakan banyak orang, dan memicu banyak masalah pribadi dan sosial.
Secara ideal, quiet quitting dapat memberikan kesempatan seseorang menikmati hidup di luar dunia kerja yang menjadi kewajibannya. Hal ini akan memperbaiki kualitas hidup, sehingga kinerjanya di dunia profesional berangsur-angsur membaik dan ekosistem dunia kerja juga semakin teras positif.

Lalu Apa Manfaatnya?
Seperti yang sedikit disinggung dalam poin sebelumnya, tren ini menekankan pada work-life balance sehingga muncul keseimbangan pada kehidupan seseorang. Namun tak hanya itu saja, beberapa poin di bawah ini bisa menjadi manfaat yang diperoleh seseorang ketika menerapkan tren tersebut.
Baca Juga: Jangan Gegabah, 4 Tanda Kamu Harus Keluar dari Pekerjaan Stabil
1. Bekerja Lebih Efektif