Arti Quiet Quitting yang Lagi Ramai Dibahas Gen Z? Fenomena Kerja Seperlunya Saja

Farah Nabilla Suara.Com
Rabu, 31 Agustus 2022 | 17:34 WIB
Arti Quiet Quitting yang Lagi Ramai Dibahas Gen Z? Fenomena Kerja Seperlunya Saja
Ilustrasi quiet quitting. (pexels/ANTONI SHKRABA)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Quiet quitting dalam Bahasa Indonesia artinya berhenti diam-diam. Istilah ini berkaitan dengan pekerjaan. Bekerja secukupnya, hanya mengerjakan tugas sesuai jabaannya, menghabiskan waktu dengan keluarga adalah fenomena yang berkaitan dengan quiet quitting

Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh TikTokers @zaidlepellin yang kisahnya diangkat oleh Wall Street Journal. Kemudian, muncul pertanyaan terkait apa itu quiet quitting?

Arti Quiet Quitting

Wall Street Journal menganggap istilah quiet quitting adalah tidak menganggap pekerjaan Anda terlalu serius. Ungkapan ini semakin populer karena banyak pemuda yang menolak bekerja lebih dari yang menjadi tanggung jawabnya.

Baca Juga: Apa Itu Quiet Quitting? Istilah Di Tempat Kerja yang Tren Dibicarakan Gen Z

Mereka menerapkan quiet quitting dengan memberikan antusiasme yang rendah sebagai cara menyampaikan kepada atasan bahwa mereka ingin ‘berhenti’.

Istilah berhenti tersebut bukan berarti keluar dari perusahaan, tetapi mereka ingin fokus juga dengan hal-hal yang mereka lakukan di luar kantor. Dalam pengertian lain, quiet quiting merupakan istilah tentang menolak gagasan bahwa pekerjaan harus mengambil alih hidup seseorang. 

Quiet quitting berprinsip karyawan tidak harus melakukan tugas yang melampaui deskripsi pekerjaan mereka. Quiet quitting dapat terwujud dalam berbagai macam-macam tindakan. Contohnya yakni menolak bekerja di luar jam kerja, dan lain sebagainya.

Profesor dari University of Nottingham dan Direktur Pusat Pendidikan dan Pembelajaran Interprofessional, Maria Kordowicz mengatakan quiet quitting berkaitan dengan penurunan tingkat kepuasan dalam bekerja. Berdasarkan Laporan Global Gallup 2022, hanya 9% pekerja di Inggris yang antusias dan puas dengan pekerjaan mereka. 

“Sejak pandemi, hubungan orang dengan pekerjaan telah dipelajari dalam banyak cara, dan literatur biasanya, di seluruh profesi, akan berpendapat bahwa, ya, cara orang berhubungan dengan pekerjaan mereka telah berubah,” kata Kordowicz.

Baca Juga: Sebenarnya Bagaimana sih Karakteristik dari MBTI INFP? Yuk Simak Penjelasannya

Kordowicz menyampaikan bahwa selama Pandemi, masyarakat menjadi mencari sebuah makna. Orang-orang bertanya terkait arti sebuah pekerjaan dan bagaimana orang dapat melakukan peran yang lebih selaras dengan nilai-nilai kehidupan yang dianutnya.

Pemikiran ini, bagi Kordowicz ada kaitannya dengan quiet quitting yang outputnya bisa lebih negatif yakni seperti keluar dari pekerjaan, kelelahan karena beban kerja, tidak seimbangnya kehidupan kerja selama pandemi. Hal-hal di atas dapat menyebabkan kurangnya kepuasan di tempat kerja, kurang antusiasme, dan ada rasa tidak ingin terlibat. 

Para pekerja juga mulai menyadari bahwa bekerja secara berlebihan tak akan membawanya menuju tempat lebih baik dan produktivitas bukanlah segalanya. Pukul berapapun jam kerja berhenti, seseorang harus berhenti bekerja. Tak lagi menerima telepon. Tak lagi membuka laptop.

Batasan antara bekerja dan beristirahat harus benar-benar ada. Jika batasan yang kabur itu terus terjadi, maka kualitas hidup akan menurun. 

Kontributor : Annisa Fianni Sisma

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI