Cegah Kena Berita Hoaks, Pakar Ingatkan Masyarakat untuk Cek Sumber Informasi Sebelum Disebarkan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 29 Agustus 2022 | 20:11 WIB
Cegah Kena Berita Hoaks, Pakar Ingatkan Masyarakat untuk Cek Sumber Informasi Sebelum Disebarkan
Ilustrasi hoaks, berita bohong (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyebaran berita hoaks perlu menjadi perhatian penting, mengingat risiko perpecahan yang ditimbulkan olehnya. Oleh karena itu, pakar mengingatkan masyarakat untuk mencari tahu sumber berita yang didapat sebelum menyebarkannya.

Dijelaskan oleh pakar literasi digital Tri Hadiyanto Sasongko, cara mengetahui suatu berita atau informasi itu benar atau tidak dengan mencermati alamat situs terlebih dahulu apakah resmi dan meyakinkan. Waspada kalimat provokatif dan cek juga gambar, berita dan siapa sumber yang pertama kali menyebarkan berita tersebut.

Dalam materi keamanan digital, disampaikan bahwa ASN perlu mengerti tentang pengamanan hardware dan software, pengamanan perangkat dan tips berinternet yang aman.

“Minimalkan penggunaan Wi-Fi publik atau umum, gunakan email resmi seperti instansi.go.id untuk aktivitas kantor, biasakan log out setelah selesai menggunakan email, website, atau media sosial dan platform digital lainnya. Lindungi juga data pribadi, berikan data hanya kepada pihak yang betul-betul membutuhkan dan berkepentingan,” jelas Tri dalam kegiatan literasi digital sektor pemerintahan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di Provinsi Sumatera Barat, baru-baru ini.

Baca Juga: Tingkatkan Literasi Digital, Kemendikbudristek dan Twitter Kembangkan Program Literasi Media Sosial

Di kesempatan yang sama, Gatot Sandy, Praktisi Digital Content Creator dan Pengembangan Digital Learning System, mengatakan wawasan kebangsaan dalam berinteraksi di ruang digital, dapat menyesuaikan diri, berpikir rasional dan mengutamakan netiket adalah tujuan dari penyampaian materi budaya digital dan etika digital.

“Teknologi ataupun yang kita miliki saat ini dapat menjadi pisau bermata dua. Bisa mendatangkan manfaat jika digunakan dengan baik atau sebaliknya dapat mendatangkan keburukan jika digunakan untuk hal negatif. Yang harus menjadi perhatian kita bersama, dari 80 persen lebih dari pemilik gawai, Indonesia berada di peringkat 74 dari 120 negara dari kategori readiness dalam inklusi bidang digital, yang berarti kesiapan masyarakat untuk menghadapi transformasi digital perlu ditingkatkan," tambah Gatot.

Direktur Pemberdayaan Informatika, Dr. Ir. Bonifasius Wahyu Pudjianto, M.Eng dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan Literasi Digital ini tidak hanya untuk memenuhi kewajiban ASN dalam kegiatan pengembangan kompetensi, tetapi juga untuk meningkatkan kompetensi ASN di bidang digital untuk menunjang pelayanan publik. Beliau juga menekankan untuk berhati-hati terhadap konten negatif dan membahas 4 pilar penting dalam Literasi Digital.

"Tugas kita sebagai ASN ini adalah membuat konten-konten kreatif yang mendidik dan diharapkan dapat membantu produktivitas masyarakat. Yang harus membanjiri ruang digital itu adalah konten-konten positif yang membangun. Ada 4 pilar yang nanti disinggung, 2 pilar technical seperti kecakapan digital dan keamanan digital. Kecakapan digital atau digital skills akan membahas mengenai perangkat hardware, software beserta perangkat - perangkatnya," tuturnya.

Bonifasius menambahkan bahwa dua pilar berikutnya adalah budaya digital dan etika digital. Budaya digital perlu dipahami dengan nilai pancasila yang harus tetap jadi bagian dari kita di ruang digital.

Baca Juga: Heboh Kabar Iwan Fals Tak Lagi Dukung Pemerintah, Begini Faktanya

"Serta netiket dalam berinternet yang termasuk dalam etika digital ini diperlukan agar kita paham tata kelola di dunia digital sehingga tidak salah dalam berperilaku di dalam media sosial atau platform lainnya," jelas Bonifasius.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI