Suara.com - Pasar tradisional di sejumlah daerah tentu menyisakan kenangan dan sejarah tersendiri. Beberapa di antaranya terekam jelas dalam foto jadul dan menjadi sorotan usai diunggah kembali oleh sejumlah akun media sosial.
Misalnya saja seperti yang belum lama ini diunggah oleh akun Facebook Potret Sejarah Indonesia berikut ini.
Pada foto lawas yang diunggah, terlihat seorang wanita sedang berada di lapak penjual beras.
Pembeli tadi mengenakan kain batik dan juga atasan, serta kerudung. Tak ketinggalan, sang penjual juga tampak anggun mengenakan kain tradisional sambil duduk.
Baca Juga: Pemkot Bukittinggi Siapkan Cagar Budaya Bekas Lapas Jadi Sentra UMKM
Dihimpun dari laman Hitekno, Foto tersebut merupakan karya Mansum, C.J. Van yang tersimpan di situs perpustakaan online Leiden University Libraries.
"Vrouwen bij een rijststal te Fort de Kock. Circa 1933. (Wanita dekat penjual beras di Fort de Kock. Sekitar tahun 1933)," bunyi keterangan yang tertulis di Leiden University Libraries.
Sebagai informasi, Fort de Kock merujuk pada daerah Bukittinggi. Dikutip dari Wikipedia dan situs Pemerintah Kota Bukittinggi, daerah Bukittinggi dulu sering dijuluki sebagai Fort de Kock dan pernah memperoleh sebutan Parijs van Sumatra.
Kota yang hari jadinya diperingati setiap tanggal 22 Desember ini pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 1978 (de jure).
Bukittinggi pernah juga ditunjuk menjadi ibu kota negara Republik Indonesia ketika Yogyakarta (yang saat itu merupakan ibu kota negara) diduduki oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948.
Baca Juga: Gedung Bekas Lapas di Sumbar Disiapkan Jadi Sentra UMKM
Situs Leiden University Libraries menyimpan lebih dari 1.000 foto mengenai Fort de Kock. Deretan arsip online di Leiden University Libraries memperlihatkan kondisi pasar serta pemandangan alam di Bukittinggi.
Terdapat pula foto mengenai bangunan Belanda yang digunakan sebagai benteng di Bukittinggi. Foto pasar di Bukittinggi memperlihatkan para perempuan yang sebagian besar mengenakan penutup kepala.
Mereka memakai busana lengan panjang dan kain batik sebagai bawahan. Foto jadul mengenai suasana pasar di Bukittinggi pada tahun 1933 mendapat beragam komentar dari warganet.
"Perempuan Minang tempo dulu. Tetap sopan, berkebaya, dan pakai selendang," kata salah seorang warganet.
"Kota yang dingin nan indah. Bukittinggi, Koto Gadang yang indah sekali, dengan Gunung Singgalang yang mengelilingi". Rancak Bana," ungkap salah seorang warganet.
"Ciri khas bangsa Indonesia di tempo dulu. Anggun dan bersahaja," pendapat warganet lain.
"Jadi ingat dulu pernah diajak nenek jualan di pasar. Cara menimbang beras pakai kaleng sebagai alat takaran," kenang Mbah Malik.
"Wajah alami perempuan apa adanya. Tanpa pemoles, menjalani hidup serta mencari makan dengan mengharap ridho Tuhan," komentar warganet lainnya. Itulah tadi foto jadul suasana pasar di Bukittinggi pada tahun 1930-an, bagaimana pendapat kalian?