Suara.com - Selain sebagai seorang presenter, Ivan Gunawan juga merupakan desainer terkemuka tanah air yang saat ini tengah merintis brand modest wear, Mandja Hijab. Sejak 2017 lalu, lelaki berusia 40 tahun tersebut telah membuka 15 butik busana muslim rancangannya di seluruh Indonesia.
Ivan mengaku, turut terjun ke industri fesyen muslim karena melihat potensi yang besar di tanah air. Terlebih, saat ia mendesain gaun-gaun malam yang terbuka, menurutnya begitu banyak orang yang menanyakan koleksi khusus untuk perempuan berhijab.
"Ingin mengedukasi mereka bagaimana berpenampilan hijab agar lebih cantik," pungkasnya dalam dialog di sela acara Road to Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2023 di Kementerian Perdagangan, Selasa (23/8/2022).
Sayangnya, kata Ivan, saat mulai mendesain busana muslim, ia kerap menemukan kemdala dalam menjalankan bisnisnya. Salah satunya adalah kesulitan mencari bahan baku di dalam negeri.
Hal ini pun ia sampaikan langsung pada Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Ivan mengatakan jika ketersediaan material sangatlah terbatas, hingga sempat berbelanja bahan dari China. Sayangnya, ada begitu banyak regulasi dan aturan yang menyulitkan, yang membuat proses produksi akhirnya terhambat.
"Sebenarnya, kami kesulitan mencari bahan baku Pak. Pemain (desainer busana muslim) semakin banyak, kain jadi semakin sulit didapat," lanjut Ivan.
Pada akhirnya, untuk mengakali hal tersebut, kebanyakan desainer busana muslim akhirnya banyak membuat print pada kain, untuk membedakan identitas suatu brand dengan brand lainnya.
"Indonesia memang kaya dengan wastra, tapi kalau jualan kita menggunakan wastra selembarnya bisa Rp6-7 juta. Yang bisa beli menengah ke atas. Sedangkan kalau market komunitas muslim A-Z," kata dia lagi.
Hal yang sama juga dirasakan oleh desainer Ria Miranda yang turut hadir dalam acara yang sama. Sebagai desainer yang kerap mengusung tema Minang Heritage, ia juga turut menyerah untuk mengenakan wastra asli dalam desainnya.
Baca Juga: Kecewa, Urusan Pribadi Ivan Gunawan Lebih Dikepoin Dibanding Aksi Mulianya
"Awalnya kami langsung ke perajin di Sumatra Barat. Namun, kami kesulitan saat meminta mereka bikin kain yang sesuai dengan karakter Ria Miranda. Permintaan tersebut sulit diterima perajin. Sumber daya di sana juga sangat terbatas dan kami juga terkendala dengan komunikasi," kata pemilik label RiaMiranda itu.
Akhirnya Ria pun mengakalinya dengan permainan print motif hingga bordir untuk menampilkan ciri khasnya tersebut.
Menanggapi persoalan bahan baku yang dihadapi desainer, Zulkifli Hasan berjanji akan menggelar diskusi lebih lanjut dengan para desainer dan pemangku kebijakan.