Suara.com - Tahukah kamu, sejumlah gedung ikonik yang dahulu berperan penting bagi tanah air dalam merebut kemerdekaan, kini telah dialihfungsikan menjadi sebuah hotel terkenal? Bahkan, hotelnya masih beroperasi sampai hari ini. Tertarik menginap di hotek ikonik ini?
Menginap di hotel ikonik yang pernah menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan, tentu akan menjadi pengalaman menarik buatmu. Berikut rangkuman dari Pegipegi terkait 5 hotel yang dulunya gedung bersejarah, buat kamu yang penasaran.
1. The Hermitage Jakarta
Dilihat dari bangunan luarnya, terlihat jelas arsitektur khas masa kolonial. Jauh sebelum dioperasikan sebagai hotel bintang lima, bangunan ini dulunya merupakan pusat telekomunikasi pemerintah Hindia Belanda bernama Telefoongebouw yang pertama kali dibangun pada tahun 1920. Beberapa tahun setelahnya, bangunan ini sempat dialihfungsikan menjadi kantor pemerintahan.
Baca Juga: 8 Hotel di Nusa Dua Memenuhi Asesmen Kemanaan Untuk Tamu Asing di KTT G20
Lalu, tahun 1999 menjadi sebuah perguruan tinggi bernama Universitas Bung Karno (UBK). Hanya saja, bangunan tersebut tidak mendapatkan perawatan yang layak sehingga pada tahun 2008 diubah fungsinya menjadi penginapan yang tetap mempertahankan nilai sejarah, terutama pada arsitektur dan interior ruangan. Tujuh tahun setelah itu, pihak Tribute Portfolio mengambil alih kepemilikannya dan kini dikenal sebagai Hotel The Hermitage Jakarta.
The Hermitage menawarkan 90 kamar dan suite yang dipecah menjadi delapan kategori dengan luas mulai dari 40 meter persegi. Akomodasi ini menghadirkan all-club benefit, di mana setiap tamu akan mendapatkan banyak manfaat memikat dan eksklusif selama menginap. Hotel ini juga memiliki restoran dengan sajian istimewa -perpaduan antara kuliner Nusantara dan warisan kolonial- yang menambah kesempurnaan kamu ketika bermalam di sini.
2. Horison Arcadia Surabaya
Jika kamu pelesiran ke kawasan Krembangan, Surabaya, terdapat satu hotel dengan arsitektur unik yang bikin penasaran. Hotel Horison Arcadia, namanya. Fasad -sisi luar sebuah bangunan- dari hotel ini seakan mengingatkan kita pada masa kolonial Belanda yang sering ditampilkan dalam film dokumenter. Gedung ini berdiri sejak tahun 1916 dan pada awal pendiriannya dioperasikan sebagai kantor perusahaan di bidang perkebunan milik Belanda bernama ‘Geo Wehry & Co’.
Setelah masa penjajahan berakhir, gedung ini sempat terbengkalai. Barulah pada tahun 2017, pihak Grup Brasali mengambil alih kepemilikannya untuk dijadikan sebuah hotel. Beberapa bagian gedung direnovasi sesuai kebutuhan, tapi bagian depan hotel masih merupakan bangunan asli dengan ciri khas warna merah maroon dan bata.
Baca Juga: "Tentang Tiga" Sambut 27 Tahun Superman Is Dead
Horison Arcadia Surabaya menyediakan 147 kamar yang terbagi menjadi dua tipe, yakni Standard Room (136 kamar) dan Superior Room (11 kamar). Setiap kamar dilengkapi AC, TV berlayar datar dengan channel internasional, meja kerja, coffee and tea maker, hingga room service 24 jam. Anda yang sedang dalam perjalanan bisnis juga bisa terhubung dengan internet melalui sambungan Wi-Fi gratis.
3. Hotel Salak The Heritage
Selanjutnya, di Kota Bogor, Jawa Barat. Ada satu hotel ikonik yang juga dibangun di atas gedung bersejarah. Dulunya, bangunan ini sempat dipakai untuk tempat beristirahat keluarga Gubernur Jenderal VOC beserta para elit pemerintahan pada masa itu. Kemudian, dijadikan markas militer Jepang tahun 1948, dan akhirnya berhasil dimiliki Indonesia pasca kemerdekaan. Bangunan ini digunakan untuk berbagai kebutuhan pemerintah sebelum dialihfungsikan menjadi hotel pada tahun 1998 dengan nama Hotel Salak The Heritage.
Hotel ini dibangun dengan gaya royal heritage dan dilengkapi dengan fasilitas berteknologi modern. Di dalamnya terdapat kebun yang membuat udara segar dan bersih. Cocok sebagai pilihan staycation menyenangkan untuk kamu dan keluarga yang ingin menghabiskan liburan di Bogor dengan menikmati kemewahan dan kenyamanan akomodasi di Hotel Salak The Heritage yang menyimpan sejarah panjang. Sebanyak 120 kamar hotel di sini mengusung desain klasik Eropa yang indah serta dilengkapi dengan kulkas, pendingin udara, TV, peralatan mandi serta jaringan internet Wi-Fi gratis.
Tersedia juga Raffless Fitness Center dan kolam renang outdoor untuk menunjang aktivitasmu selama menginap. Kamu juga bisa memiliki banyak opsi untuk menikmati hidangan lezat di hotel, mulai dari Kanari Cafe yang beroperasi selama 24 jam, Binnenhof Restaurant atau Den Haag Cafe yang beroperasi sejak pukul 9 pagi hingga 9 malam. Berjarak 40 menit dari Jakarta, Hotel Salak terletak di dekat Istana Bogor serta Kebun Raya Bogor sehingga kamu bisa mengeksplorasi Kota Hujan dengan mudah.
4. Sriwijaya Hotel Jakarta
Ini merupakan salah satu hotel tertua di Jakarta. Jauh sebelum dikenal sebagai tempat menginap yang nyaman seperti sekarang, hotel ini dulunya adalah sebuah toko roti milik seorang warga negara asing bernama Conrad Alexander Willem Cavadino. Sejak berdiri tahun 1863, bakery milik Cavadino itu menjual beraneka macam cokelat, permen, cerutu tradisional Belanda, anggur, dan bahan pangan dengan kualitas terbaik. Toko ini semula berada di Rijswijk dan Citadelweg atau sekarang Jalan Veteran dan Jalan Veteran I.
Selama bertahun-tahun, toko tersebut sukses dan dikenal luas oleh para bangsawan dan pendatang. Saking terkenalnya, Cavadino menyulap toko miliknya menjadi hotel. Awalnya, beliau beri nama Hotel Cavadino. Orang-orang kaya pada masa itu semakin meramaikan toko Cavadino. Bahkan, mereka pun menginap untuk menikmati suasana kota yang asri ketika sore dan malam hari, sambil menyantap roti buatan Cavadino.
Pada tahun 1899, hotel ini berubah nama menjadi Hotel du Lion d’Or dan bertahan selama 42 tahun. Lalu, kembali mengubah namanya menjadi Park Hotel dan terakhir menjadi Hotel Sriwijaya sejak tahun 1950-an sampai sekarang. Bila diperhatikan, bangunannya masih menampilkan kesan kolonial Belanda. Namun, untuk interiornya sendiri sudah banyak mengalami perkembangan. Bagi Anda yang tertarik bermalam di sini, akses menuju lokasi hotel tidak sulit. Hanya sekitar lima menit berjalan kaki dari Masjid Istiqlal dan 13 menit dari Monumen Nasional.
5. Hotel Lengkong GKPRI
Belum banyak yang mengetahui bahwa gedung Hotel Lengkong merupakan satu dari sekian banyak warisan Belanda. Dahulu, gedung ini digunakan pemerintah sebagai Gedung Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia (GKPRI). Peresmian gedung dilaksanakan pada 20 Juli 1959 oleh Raden Hasan Nata Permana yang menjabat sebagai Ketua Pegawai Koperasi Republik Indonesia (PKRI) ketika itu. Oleh sebab terkendala biaya, kegiatan koperasi terpuruk dan gedung ini tidak terurus seperti sedia kala. Kemudian, dimanfaatkan pemerintah untuk kebutuhan ruang pendidikan yang masih kurang.
Tepatnya pada Agustus 2004, fungsi GKPRI berganti menjadi sebuah wisma di Jawa Barat bernama Hotel Lengkong karena lokasinya berada di Jalan Lengkong Besar. Meskipun klasifikasi hotelnya non bintang, hotel ini direkomendasikan buat kamu yang mencari penginapan murah dan nyaman dekat pusat kota. Secara bisnis, Hotel Lengkong memang beroperasi sebagai hotel, tapi pemerintah setempat tetap memasukkan gadung ini sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.