Suara.com - Sampah makanan alias food waste merupakan ancaman bagi lingkungan. Restoran termasuk industri penyumbang sampah makanan.
Chef and Indonesian Food Ingredients Researcher Ragil Imam Wibowo mengungkapkan bahwa di balik sepiring makanan dengan tampilan estetik dan rasa menarik sebenarnya ada sebagian bahan makanan yang harus disisihkan. Sisa bahan tersebut yang kemudian hanya menjadi sampah.
Selain sampah makanan yang belum diolah atau food loss, restoran juga cenderung menyumbang sisa makanan jadi atau food waste. Terutama restoran yang menerapkan konsep prasmanan atau buffet.
"Banyak makanan terbuang percuma karena orang cenderung ngambil banyak tapi pada akhirnya tidak dihabiskan," ujarnya, dalam acara virtual PechaKucha Night Jakarta "What a Waste!", beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Cegah Penumpukan Food Waste, Anak Wajib Dididik untuk Makan Secukupnya
Untuk itu, chef Ragil mengajak masyarakat agar biasakan menghabiskan makanan yang sudah dipesan. Sebelum itu juga sebaiknya cukup memesan makanan yang memang sanggup untuk disantap habis.
Apabila ingin menyicipi berbagai macam makanan, ia menyarankan untuk memesan menu yang bisa disantap bersama teman atau keluarga dalam satu meja.
"Jadi makan sesuai yang kita mau makan, jangan mubazir. Makan secukupnya, tidak over eating,” ajaknya.
Mengurangi sampah makanan juga bisa dilakukan dari rumah dengan tidak berlebihan dalam membeli bahan masakan. Sehingga meminimalisir bahan makanan yang busuk dan harus terbuang.
Sementara itu, sisa bahan makanan yang tidak termasak sebenarnya masih bisa diolah kembali bahkan jadi masakan baru atau benda tertentu. Dalam pengolahannya, tidak semua sampah makanan harus menjadi kompos.
Baca Juga: Buruk Buat Lingkungan, Sampah Makanan Juga Timbulkan Kerugian hingga Rp 551 Triliun per Tahun
“Padahal potongan sayur atau buah bisa dijadikan makanan lain. Sayur bisa jadi sup, curry, atau digunakan untuk makanan lain,” kata chef Ragil.
Salah satu sisa makanan yang sering diolah yakni, amoas kopi. Walaupun kopi sudah jadi salahbsatu minuman populer, tapi sebenarnya komponen biji kopi yang digunakan hanya 30 persen, sisanya berakhir jadi sampah.
Ia mencontohkan, bila satu kafe kopi menggunakan 5 juta kilo kopi dalam setahun, sebenarnya total berat biji kopi yangbdigunakan mencapai 15 juta kilo biji kopi. Hanyansaja dalam prosesnya, 70 persen komponen kopi tidak digunakan.
Ragil mengatakan bahwa ampas kopi tersebut bisa diolah menjadi barang yang berguna, seperti pupuk, lilin, sabun scrub, pot tanaman, hingga piring.