Suara.com - Media sosial menjadi salah satu sumber utama dalam mendapatkan informasi. Tapi di tengah informasi yang membanjir juga rawan akan hoaks sebagai usaha untuk menipu pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu.
Padahal pembuat berita tersebut tahu berita yang ia berikan adalah palsu.
"Hoaks dibuat oleh orang jahat, disebarkan oleh orang bodoh dan dipercaya oleh orang idiot," ujar Perawat Home Care dan Aktivis Pramuka Herpritha Febria Putri saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dalam keterangannya, Selasa, (16/8/2022)
Herpritha mengatakan, media sosial menempati urutan pertama sebagai sumber informasi yakni 76 persen, diikuti televisi sebesar 59,5 persen, berita online 25,2 persen, situs pemerintah 14 persen, dan media cetak 9 persen. Sementara itu menurut survei, sumber informasi yang paling dipercaya adalah televisi sebesar 49,5 persen, media sosial 20,3 persen, disusul sumber lainnya.
Baca Juga: Terpopuler Kesehatan: Tanda Orang Akan Meninggal, Pencuri Cokelat Alfamart Diduga Alami Kleptomania
Namun Whats'App menempati urutan pertama dalam penyebaran informasi palsu, yakni 55,2 persen. Kemudian ada media sosial Facebook 27 persen, Instagram 11,9 persen, dan YouTube 4,7 persen. Melihat angka tersebut masyarakat pun harus lebih kritis saat mendapatkan informasi.
Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK) tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Lebih jauh Herpritha mengatakan ada 4 penyebab masyarakat mudah terpapar hoaks. Rendahnya literasi, fear of missing out (FOMO) yang membuat seseorang takut ketinggalan informasi, serta puber teknologi dan subjektivitas. Kebanyakan juga penyebar informasi palsu hanya meneruskan berita tanpa berpikir hoaks. Bahkan ada yang tidak menyadari bahwa informasi tersebut hoaks, tidak paham sumber berita, hanya sekadar iseng, atau untuk memengaruhi orang.
Sementara dampak dari hoaks akan sangat memicu keresahan dan kepanikan, menimbulkan rasa benci dan curiga, serta memecah belah persatuan. Hoaks juga bisa mengancam keselamatan keluarga setta lingkungan. Bisa berpengaruh pada stabilitas sosial, ekonomi, politik dan keutuhan negara. Sehingga masyarakat haruslah memfilter informasi, mengenali ciri-ciri hoaks dan membaca informasi hingga selesai sebelum membagikannya atau jika tidak begitu yakin sebaiknya informasi berhenti hanya di Anda.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kediri, Jawa Timur, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.
Baca Juga: Prediksi Liverpool vs Crystal Palace dan 4 Berita Bola Terkini