Bumi Makin Panas, Kutub Utara Mencair Lebih Cepat dalam 40 Tahun Terakhir

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Sabtu, 13 Agustus 2022 | 01:05 WIB
Bumi Makin Panas, Kutub Utara Mencair Lebih Cepat dalam 40 Tahun Terakhir
Global warming di Arktik, Kutub Utara. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bahaya global warming dan perubahan iklim patut menjadi perhatian serius. Apalagi studi terbaru menyebut Kutub Utara terus mencair dengan cepat.

Dilansir ANTARA, kawasan Kutub Utara memanas empat kali lebih cepat dibandingkan rata-rata dunia dalam 43 tahun terakhir. Ini jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya oleh panel ilmu iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2019.

Saat itu, panel tersebut menyampaikan bahwa kawasan Kutub Utara memanas lebih dari dua kali lipat rata-rata global akibat proses yang dikenal sebagai amplifikasi Kutub Utara, atau pemanasan yang intens di kawasan tersebut.

global warming, dampak perubahan iklim (Freepik)
global warming, dampak perubahan iklim (Freepik)

Namun, tim peneliti dari Institut Meteorologi Finlandia saat ini telah memublikasikan analisis mereka terkait suhu di Kutub Utara pasca-1979, dalam edisi terbaru jurnal ilmiah Communications Earth and Environment.

Baca Juga: Pemanasan Global, 700 Hektare Lahan Pantai Utara Jabar Ditelah Lautan

Mereka mengatakan bahwa perkiraan yang lebih tinggi itu berasal dari pemanasan yang kuat dan kontinu di kawasan Kutub Utara. Evaluasi mereka juga dipengaruhi oleh bagaimana Kutub Utara didefinisikan sebagai sebuah area, dan cakupan periode di mana laju pemanasan dihitung.

Dalam studi terbaru itu, kawasan Kutub Utara didefinisikan sebagai area yang berada di dalam Lingkar Kutub Utara. Tingkat pemanasan tersebut dihitung mulai 1979, saat observasi satelit yang lebih detail telah tersedia.

Pemanasan bahkan jauh lebih kuat di tingkat lokal. Di area Laut Barents, misalnya, pemanasannya tujuh kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global, imbuh Rantanen.

"Informasi berbasis satelit sangat penting di Kutub Utara, karena jumlah pos observasi di kawasan itu tidak terlalu banyak," urai Rantanen.

Studi itu memaparkan bahwa amplifikasi Kutub Utara paling kuat terjadi pada akhir musim gugur dan awal musim dingin, saat lautan bebas es melepaskan panas ke atmosfer.

Baca Juga: Apakah Berbagai Virus bisa Bangkit Gegara Greenland Mencair?

Penurunan pada lapisan es paling besar terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Namun, pada periode waktu yang sama, permukaan laut hanya melepaskan sedikit panas karena suhu di atmosfer dan laut hampir sama hangat.

Besaran amplifikasi Kutub Utara dipengaruhi baik oleh perubahan iklim saat ini yang disebabkan aktivitas manusia, maupun variasi sistem iklim alami jangka panjang, imbuh studi tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI