Suara.com - Selain beras, sagu menjadi salah satu jenis olahan makanan pokok populer, khususnya di kawasan Indonesia Timur. Sagu merupakan sejenis tepung atau olahan yang diperoleh dari teras batang rumbia atau "pohon sagu".
Sekilas, tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Saat ini, sagu mulai diolah menjadi beragam menu seperti pasta, makaroni hingga keripik.
Jenny Widjaja selaku pendiri Sagolicious Papua mengatakan, ia tertarik mengembangkan bahan sagu menjadi makanan olahan modern namun tetap memiliki nilai gizi optimal.
"Sagu punya banyak kelebihan, bebas gluten, non GMO, organik, GI rendah dan sangat baik untuk kesehatan, terutama bagi yang mau tetap sehat," kata Jenny, dikutip dari siaran tertulis, Kamis (11/8/2022).
Ia melanjutkan, konsumsi sagu juga dapat membuat seseorang terhindar dari konsumsi gula bagi penderita diabetes, baik untuk kesehatan jantung serta bagi yang memiliki masalah maag.
Belum lama ini, Jenny berpartisipasi dalam acara bazaar UMKM yang diselenggarakan oleh Silaturahmi Nasional (Silatnas) Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat 2022 beberapa waktu lalu. Stand UMKM Sagolicious Papua bahkan sempat dikunjungi oleh Presiden Joko Widodo.
"Kami telah mencapai prestasi terbesar di industri sagu, yaitu menciptakan mi, pasta sagu varian instan yang dibuat dengan 100 persen sagu murni," tambah Jenny.
Saat ini sudah lebih dari 40 varian dan terus berjalan menuju 50 varian. Jenny menyebut warna yang ada dalam olahan sagu berasal dari buah naga, kunyit, daun kelor, spirulla, buah merah papua dan rempah lainnya.
"Sagolicious itu juga sudah dikonsumsi oleh atlet. Hasil lab dari Universitas Nagoya dari Jepang juga (sagu) sudah gluten free dengan serat tinggi. Dicampurkan dengan sayuran dan rempah. Sagunya dari Papua. Sementara tepung sagunya dari Papua Sorong," pungkasnya.