Suara.com - Kabar harga mi instan naik tiga kali lipat cukup mengagetkan masyarakat. Sebab, produk tersebut kerap jadi andalan di saat lapar tapi tidak cukup banyak uang agar tetap bisa makan enak.
Kabar mengenai kenaikan harga mi instan tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Ia menjelaskan bahwa kenaikan harga itu tidak lepas dari dampak perang antara Rusia dengan Ukraina yang belum selesai. Kedua negara itu menjadi pemasok gandum terbesar di dunia. Di mana gandum jadi bahan utama dalam pembuatan mi.

Perang tersebut menghambat hampir separuh pasokan kebutuhan gandum di seluruh dunia. Terlebih, beberapa negara Eropa masih menolak pembelian komoditas dari Rusia sebagai hukuman atas kekejaman perang.
Akibat kondisi tersebut, produksi dan distribusi gandum jadi terganggu. Pasokan yang melambat membuat stok gandum makin sedikit. Dengan demikian, harga gandum di pasar internasional pun akan naik dan ikut berimbas terhadap kenaikan harga bahan pangan berbasis gandum di seluruh dunia, termasuk mi instan.
Menyikapi kondisi itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno meminta para pengusaha makanan juga anak kost yang biasa mengandalkan mi instan sebagai sumber makanan untuk bersiap-siap.
"Anak kost siap-siap! Dan untuk pelaku ekonomi kreatif kuliner yang berjualan mie instan, siapkan strategi dan inovasi!
Dampak dari ketidakstabilan ekonomi global karena pandemi dan juga perang Rusia-Ukraina mengakibatkan lonjakan harga gandum termasuk mie instant dan turunannya," kata Sandi melalui akun Instagram pribadinya, Rabu (10/8/2022).
Sandi mengungkapkan bahwa Rusia dan Ukraina memang menjadi penyuplai hampir 30-40 persen produksi gandum di dunia, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Tenang! Tarif Nafas Dalam - dalam, Kenaikan Harga Mi Instan Diklaim Bos Indofood Tidak Tinggi
"Kondisi seperti ini jangan lantas membuat kita pasrah," pesannya.