Suara.com - Sebagian orang mungkin terbiasa mengupas kulit apel dan pir sebelum memakannya. Tindakan itu dilakukan bisa jadi untuk mengantisipasi kemungkinan adanya zat lilin pada kulit buah.
Tetapi, spesialis ahli gizi menyarankan kulit apel dan pir lebih baik untuk ikut dikonsumsi. Oleh sebab itu, sebelum dimakan, buah bisa dicuci terlebih dahulu dengan sabun khusus.
"Justru kulitnya itu yang mengandung serat tinggi. Cuma namanya ibu-ibu takut, ya udah cuci pakai sabun khusus untuk buah dan sayur."
"Bahkan sekarang kan ada yang model pakai penyegar apple cider vinegar itu bisa untuk mencuci," kata spesialis gizi klinik dr. Diana Felicia Suganda, M.Kes, Sp.GK., ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Tak Boleh Asal! Dokter Gizi Ungkap Jenis Buah dan Porsi yang Tepat Bagi Pasien Obesitas
Buah bisa dicuci dalam satu wadah yang berisi air yang dilarutkan dengan satu tutup botol apple cider tersebut. Dokter Diana juga menyarankan untuk menyikat buah bila memang khawatir ada kandungan zat lilin yang melapisinya.
"Jadi spons yang di rumah itu dipisah, ada yang buat cuci wajan, ada yang untuk cuci buah. Saya juga di rumah begitu. Ya, udah cuci bersih sambil berdoa karena niatnya kan bagus, maunya sehat, lalu kita makan," ujarnya.
Selain tinggi serat, kulit apel dan pir juga kaya akan antioksidan. Dikutip dari Alodokter, antioksidan bermanfaat bagi tubuh untuk melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas.
Kandungan antioksidan dari kulit apel juga diyakini baik untuk mencegah penyakit Alzheimer dan masalah degeneratif atau penuaan lainnya.
Kulit apel juga mengandung sebagian besar serat dan vitamin dan senyawa yang disebut triterpenoid yang dapat menurunkan risiko kanker.
Baca Juga: Makan Buah Terlalu Banyak Ternyata Berbahaya Bagi Kesehatan, Kenapa?
Sementara kulit pir juga kaya akan anti-inflamasi fitonutrien yang merupakan bahan kimia atau senyawa alami yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Bahan yang dikenal juga dengan fitokimia itu bermanfaat menjaga kesehatan tumbuhan serta melindunginya dari paparan panas matahari dan serangga.
Zat fitokimia tersebut hanya ditemukan pada makanan yang berasal dari tumbuhan seperti buah, sayur, aneka kacang, aneka biji-bijian, serta rempah yang sering digunakan sebagai bumbu masak.