Suara.com - Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih belajar di luar negeri. Selain kesempatan untuk mendapat wawasan internasional, kualitas pendidikan yang lebih baik juga menjadi pertimbangan.
Ini jugalah yang menjadi pertimbangan para pelajar dan mahasiswa Indonesia, yang menurut Institut Statistik UNESCO, ada 53.604 mahasiswa yang melanjutkan studi di luar negeri selama tahun 2021, dan jumlah ini diprediksi akan terus meningkat setiap tahun.
Dengan angka tersebut, Indonesia bahkan masuk peringkat ke-22 dunia sebagai negara dengan jumlah siswa belajar di luar negeri terbanyak di tahun 2021.
Melihat besarnya minat pelajar dan mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri, pemerintah dalam hal ini Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) yang diluncurkan pada April 2022, memfasilitasi pelajar maupun mahasiswa program postgraduate dan VHE (Vocational Higher Education) untuk mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri melalui beasiswa.
Baca Juga: Jeje Slebew Ingin Sekolah Jika Ada Tawaran Beasiswa
Hingga akhir tahun 2021, terdapat 29.872 orang di Indonesia yang telah berhasil memperoleh beasiswa ke luar negeri melalui program LPDP. Sementara untuk IISMA, saat ini terdapat 3.175 mahasiswa vokasi yang telah mendaftar.
Dan sejak diluncurkan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah menggandeng 46 perguruan tinggi luar negeri untuk menerima mahasiswa vokasi Indonesia.
Tentu saja, untuk dapat mendukung proses belajar di luar negeri, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Salah satunya adalah kemampuan berbahasa Inggris sebagai bahasa pengantar yang telah menjadi penentu dalam penilaian dasar di setiap studi luar negeri dan syarat beasiswa di berbagai institusi termasuk LPDP dan IISMA.
Selain menggunakan tes standar seperti TOEFL, IELTS, dan PTE, di tahun 2022, LPDP dan IISMA juga mulai mengadopsi tes kecakapan bahasa Inggris baru sebagai alternatif dari tes konvensional, yakni Duolingo English Test (DET) yang merupakan produk unggulan kedua dari Duolingo.
LPDP menggunakan penilaian bahasa Inggris seperti Duolingo English Test (DET) untuk kategori Beasiswa Daerah Afirmasi, Pra-Sejahtera, dan Putra Putri Papua (Siswa Papua), dengan tujuan meningkatkan prospek dan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa di seluruh Indonesia. Sedangkan IISMA menggunakan DET untuk jalur vokasi (VHE) dan sarjana.
Baca Juga: Berbeda dengan Roy Citayam, Jeje Slebew Berharap Dapat Beasiswa: Bapak Sandiaga Uno Aku Mau Banget!
DET dapat dilakukan secara online kapan saja dan di mana saja. Hanya butuh 1 jam, dan hasilnya akan tersedia dalam dua hari. DET sekarang dapat diterima di hampir 4000 institusi di seluruh dunia seperti Universitas Columbia, Universitas Yale, Universitas Warwick, Imperial College, Universitas Toronto, Universitas Duke, John Hopkins, UCLA, UCL, dan lainnya.
Kemudian poin yang paling penting adalah bahwa DET dikembangkan dengan mempertimbangkan kemudahan akses bagi pelajar, dan hanya bertarif USD 49 atau sekitar IDR 686.000 sehingga menjadi lebih terjangkau bagi pelajar.
Dalam siaran pers yang diterima Suara.com, Carrie Wang, Head of Duolingo English Test and Regional Business Lead of Asia, mengatakan bahwa kehadiran DET merupakan bagian dari misi Duolingo dalam mengembangkan pendidikan terbaik di dunia dan membuatnya tersedia secara universal.
"Akses pada tes bahasa Inggris yang terjangkau dan nyaman telah menimbulkan banyak tekanan bagi pelajar maupun mahasiswa di Asia - seringkali, kami mendengar mereka harus bepergian ke kota lain atau bahkan negara lain untuk mengikuti ujian. Kami ingin menawarkan pengalaman yang secara signifikan dapat lebih memahami kebutuhan mereka," pungkasnya.