Suara.com - Teman merupakan salah satu tempat terbaik untuk menumpahkan segala perasaan. Dan menurut studi yang dimuat jurnal Royal Society Open Science dikatakan, kita bisa merasakan suasana hati baik atau buruk karena suasana hati teman lainnya.
Secara spesifik studi tersebut menyebut berkumpul dengan teman yang bahagia akan menular. Namun bukan berarti kita harus berhenti bergaul dengan teman yang sedang mengalami kesedihan, kata penulis studi.
Studi ini menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kesedihan, sertagaya hidup dan perilaku seperti merokok, minum, obesitas, kebiasaan menjaga kebugaran dan bahkan kemampuan untuk berkonsentrasi dapat memengaruhi jejaring sosial, baik online maupun dalam kehidupan nyata.
Penelitian ini mampu menunjukkan bagaimana pertalian pertemanan benar-benar saling memengaruhi. Penelitian ini sendiri dilakukan pada siswa sekolah yang mengalami depresi dan menjawab pertanyaan tentang teman terbaik mereka.
Baca Juga: Ini Alasan Mahasiswa Indonesia Memilih Inggris Sebagai Tempat Studi
Secara keseluruhan, 2.194 siswa dimasukkan dalam analisis dengan menggunakan model matematika untuk mencari koneksi di antara jaringan teman.
Secara keseluruhan, anak-anak yang teman-temannya mengalami bad mood lebih cenderung melaporkan suasana hati yang buruk pula pada diri sendiri.
Ketika orang memiliki lebih banyak teman bahagia, sebaliknya, suasana hati mereka cenderung membaik seiring berjalannya waktu.
Beberapa gejala yang terkait dengan ketidakberdayaan seperti depresi, kelelahan dan kehilangan minat - juga tampaknya mengikuti pola ini, yang oleh para ilmuwan disebut "penularan sosial."
Tapi ini bukan sesuatu yang berbahaya dan orang perlu khawatirkan, kata penulis utama Robert Eyre, yang juga seorang mahasiswa doktoral di University of Warwick's Centre for Complexity Science.
Baca Juga: Arti Kata Chingu dan Kata Panggilan Lainnya Dalam Bahasa Korea
Sebaliknya, ini kemungkinan hanya sebuah "respons empati normal yang kita semua kenal, dan sesuatu yang kita kenali oleh akal sehat," katanya dikutip Time, Senin (25/7/2022).
Dengan kata lain, ketika seorang teman sedang mengalami masalah parah, masuk akal jika seseorang merasa sakit, dan itu jelas bukan alasan untuk menjauh.
"Kabar baik dari pekerjaan kami adalah bahwa mengikuti saran berbasis bukti untuk memperbaiki olahraga seperti mood, tidur nyenyak dan mengatasi stres - dapat membantu teman Anda juga," katanya.
Studi tersebut juga menemukan bahwa memiliki teman yang depresi secara klinis tidak meningkatkan risiko peserta menjadi depresi pada diri mereka sendiri.
"Teman-teman Anda tidak membuat Anda berisiko sakit," kata Eyre, "jadi tindakan yang baik hanyalah mendukungnya."
Untuk meningkatkan kedua mood, Eyre menyarankan untuk melakukan sesuatu bersama-sama yang bisa nikmat untuk menyebarkan perasaan baik.