Suara.com - Pandemi Covid-19 tidak mengubah lanskap bisnis makanan dan minuman (F&B) di Indonesia. Bahkan, pelaku bisnis F&B berlomba agar bisa masuk ke Indonesia.
Ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Levita G. Supit mengatakan, ini terjadi bukan hanya karena jumlah penduduknya mencapai 270 juta jiwa, tapi juga karakter dan kepribadian mayoritas masyarakat Indonesia itu sendiri.
"Penduduk Indonesia 270 juta jiwa, itu jadi sesuatu segmen pasar yang besar. Dan ingat masyarakat Indonesia itu sendiri orang yang konsumtif, itu yang jadi incarannya semua bisnis F&B yang masuk ke Indonesia," ungkap Levita dalam pameran International F&B Growth Conference Indonesia 2022 di Pullman Central Park, Jakarta Barat beberapa waktu lalu.
Adapun pelaku bisnis F&B yang berlomba masuk berasal dari Singapura, Thailand, hingga Amerika. Bahkan ia mencontohkan brand F&B besar rela membuka tokonya kembali di Indonesia pada masa pandemi Covid-19.
Baca Juga: Pelaku UMKM Bisa Manfaatkan Banyak Program dari Swasta agar Bisa Naik Kelas
"Saya kasih contoh di masa pandemi, Subway aja berani buka, itu menunjukan bahwa sekalipun pandemi Indonesia jadi market yang seksi, market potensial," kata Levita.
Levita melanjutkan, bahwa karakter perusahaan F&B besar sebelum membuka bisnisnya di satu negara, akan lebih dulu melakukan riset dengan sangat matang dan mendalam.
Sehingga Levita menyimpulkan, bahwa daya tarik Indonesia untuk bisnis F&B tidak bisa dianggap enteng.
"Jadi Indonesia sampai saat ini masih jadi negara dengan pasar yang potensial untuk buka bisnis F&B," jelasnya.
Adapun saat ini, Levita mengungkap data dari semua bisnis waralaba atau franchise di Indonesia, mayoritas atau 55 persennya dikuasai bidang bisnis F&B.
Baca Juga: Harga Bahan Pokok Terus Melejit, Ganjar Minta Kadin Jateng Turun Untuk Bantu Tekan Inflasi
"Masyarakat boleh nggak shopping, nggak belanja atau apa, tapi urusan perut nomor satu, tinggal dia masuk ke restoran sesuai kantonganya dia, jadi artinya peluang F&B masih besar," tutup Levita.