Suara.com - Anak Raditya Dika, Alinea, membuat kejut warganet setelah videonya memburu hantu viral di media sosial.
Lewat unggahan Raditya di akun Instagram pribadinya, Alea - sapaan Alinea, merekam video sedang mencari hantu di sekitar sudut kamarnya.
Setelah beberapa detik merekam video, Alea berkata seolah dia melihat hantu yang dicarinya di area jendela yang tertutup gorden.
"Eh, ternyata ada di sini. Aku fotoin dulu, deh," kata Alea.
Baca Juga: Raditya Dika Masak Mi Setengah Matang Endingnya Malah Bikin Geleng-Geleng Kepala
Sejak awal video, Alea mencari di mana hantu besar. Selain deskripsi wujud hantu, Alea juga mengatakan kalau hantu besar itu suka memakan rambutnya.
"Ya Allah, hantu. Kamu di mana banget? Ada hantu yang makan makanan, yang makan rambut aku," ucap Alea.
Pengalaman mistis di rumah Raditya Dika memang bukan yang pertama kali terjadi.
Namun, Radit tidak pernah membagikan cerita ke media sosial kalau anak-anaknya juga pernah melihat hantu di rumah.
Benarkah anak-anak memang bisa melihat hantu?
Fenomena seperti yang dialami Alea juga ternyata ramai diberitakan di luar negeri. Profesor psikologi di University of Texas, Amerika Serikat, Jacqueline D. Woolley mengatakan, ada banyak laporan tentang anak-anak yang melihat hantu.
Baca Juga: Sinopsis Kisah Hantu Asli Thailand di Film Horor Pee Mak, Berwujud Wanita Cantik
Woolley kemudian melakukan penelitian bersama rekan-rekannya untuk memahami antara realitas dan fantasi anak-anak tentang hantu. Menurut Woolley, pengalaman mistis juga bisa sangat dipengaruhi oleh otak.
Pikiran secara alami membuat hubungan antar peristiwa, entah itu terhubung atau tidak.
"Otak memerhatikan bukti yang sesuai dengan teori kita dan mengabaikan bukti yang tidak sesuai," kata Wolley, dikutip dari Washington Post.
Selain itu, faktor imajinasi anak-anak juga bisa jadi yang disebut hantu sebenarnya adalah teman khayalan.
"Kita tahu bahwa antara sepertiga dan dua pertiga anak memiliki teman khayalan,” kata psikolog di Universitas Durham Charles Fernyhough.
Pada ilmu psikolog sebelumnya disebutkan bahwa bahwa anak-anak tidak dapat membedakan mana yang nyata dan tidak. Tetapi, penelitian Woolley membantah itu.
Menurutnya, anak-anak tahu sepenuhnya apa yang nyata, meskipun kelihatannya mereka tidak dapat membedakan itu.
Meski begitu terkadang anak-anak juga masih mencampuradukkan antara imajinasi dengan kenyataan sehingga memunculkan pengalaman seperti halusinasi.
Woolley menyarankan kepada orangtua untuk "terlibat dalam fantasi" saat anak-anak berkata melihat hantu.
"Terlibatlah dengan anak, tanyakan padanya apakah dia takut pada hantu atau apakah dia menyukainya dan apakah dia pernah melihatnya sebelumnya," saran Woolley.
Selanjutnya, orangtua bebas untuk memandu anak dalam menyikapi hantu tersebut. Apakah mematahkan apa yang dilihat anak atau memvalidasinya dengan mengarahkan lewat lelucon.
"Mungkin Anda dapat membantu anak berpura-pura mengenakan pakaian dalam yang kuno, misalnya untuk menjadi hantu yang ramah. Terserah Anda sebagai orangtua untuk memutuskan apakah ingin mendorong atau menyangkal keyakinan anak," kata Woolley.