Setelah Libur 2 Tahun, Jepang Kembali Bolehkan Masyarakat Gelar Festival Tanabata

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 11 Juli 2022 | 17:10 WIB
Setelah Libur 2 Tahun, Jepang Kembali Bolehkan Masyarakat Gelar Festival Tanabata
Festival Tanabata di Jepang (Wikimedia Commons)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di Jepang, Festival Tanabata merupakan salah satu tanda bahwa sudah saatnya memasuki musim panas. Namun di masa pandemi Covid-19, pemerintah melarang diselenggarakannya festival ini, beserta sejumlah festival lainnya, demi mencegah penularan virus Corona.

Namun pada akhir pekan lalu, festival yang identik dengan pohon bambu ini kembali digelar di Hiratsuka, Prefektur Kanagawa, Jepang, selama tiga hari pada Jumat, Sabtu, dan Minggu pekan lalu.

“Festival Tanabata sudah ada sejak 72 tahun yang lalu, artinya sudah 72 tahun digelar. Hanya saja karena pandemi, kami tidak mengadakannya selama dua tahun. Jadi, ini yang ke-70,” kata Manajer Festival Tanabata Hiratsuka Hara Tadashi saat ditemui di Hiratsuka, Sabtu.

Karena itu pula, menurut dia, sponsor yang ikut serta tidak sebanyak sebelum masa pandemi. Tahun ini Festival Tanabata Hiratsuka diikuti sebanyak 348 peserta yang terdiri dari perusahaan maupun komunitas.

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Ada Pemborosan dari Ribuan Aplikasi Milik Pemerintah yang Tak Multifungsi

Festival Tanabata di Jepang (Wikimedia Commons)
Festival Tanabata di Jepang (Wikimedia Commons)

Masing-masing peserta mengirimkan sejumlah perwakilannya untuk mengikuti parade di sepanjang jalan di mana festival itu digelar, yakni lokasinya di Selatan Stasiun Hiratsuka.

“Para peserta itu yang mengisi kazari festival. Jadi, tidak ada tema khusus, tergantung masing-masing sponsor,” katanya.

Kazari merupakan semacam hiasan atau umbul-umbul yang dipasang sepanjang jalan di mana Festival Tanabata itu diadakan.

Festival dibuka dengan pertunjukan musik tradisional, kemudian iring-iringan parade yang meliputi berbagai perusahaan, sekolah, maupun komunitas.

Para peserta parade menarikan tarian dengan gerakan yang sama diiringi musik yang bertemakan Tanabata.

Baca Juga: Bagaimana Cara WNI di Jepang Laksanakan Ibadah Kurban?

“Festival ini juga bertujuan memperingati hari ulang tahun ke-90 Kota Hiratsuka,” ujar Hara.

Kendati peserta tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, hal itu tidak menyurutkan minat warga baik Jepang maupun asing yang menghadiri festival tahunan tersebut.

Salah satu pengunjung Takahashi Makiko, warga Yokosuka, Kanagwa mengaku baru pertama kalinya menghadiri festival tersebut.

“Ini pertama kalinya, saya datang dari Yokosuka. Saya merasa senang sekali karena festival ini begitu indah,” katanya.

Seorang pengunjung warga negara Indonesia (WNI), Siti (21), juga merasakan hal yang sama meski harus menahan terik sinar matahari yang begitu menyengat di musim panas.

“Pertama kali melihat Festival Tanabata di Jepang. Bagus, ramai banget. Biar pun panas saya kepingin melihat festival ini, oh ternyata begini,” kata pekerja yang sudah bermukim selama dua tahun di Jepang itu.

Ia mengaku akan mendatangi lagi festival-festival lainnya yang diadakan di Jepang.

Selain menyaksikan parade, para pengunjung juga bisa membeli sehelai keras dan menuliskan harapan-harapan mereka untuk digantung di pohon bambu. Selain itu juga digelar berbagai permainan dan pertunjukan bagi anak-anak maupun keluarga.

Festival Tanbata atau yang dikenal juga dengan festival bintang (hoshi matsuri) merupakan salah satu festival terkenal di Jepang yang digelar setiap akhir pekan pertama bulan Juli, umumnya pada 7 Juli.

Festival itu juga digelar dalam rangka menyambut musim panas. Tanabata merupakan legenda berasal dari China yang mengisahkan Dewi Tenun, Orihime, yang jatuh cinta dengan seorang penggembala, Hikoboshi.

Keduanya dipisahkan oleh ayahnya Dewa Langit, Tantei, dan memberi syarat jika ingin bertemu kembali harus bekerja keras. Pada akhirnya ayahnya membolehkan mereka bertemu setahun sekali setiap 7 Juli. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI