Suara.com - Nama Arawinda Kirana masih terus jadi perbincangan hangat di media sosial. Hal ini bermula dari kisah seorang warganet yang menceritakan kisah pilu yang dialami saudaranya, terkait suaminya yang diduga selingkuh dengan sang aktris.
Tak banyak yang menyangka jika bintang film Yuni tersebut mampu melakukan hal terlarang itu tanpa pikir panjang. Terlebih dalam beberapa wawancara, maupun di media sosialnya, Arawinda mengaku jika dirinya merupakan aktivis dan feminis yang membela hak korban kekerasan seksual dan mendukung pergerakan perempuan.
Hal tersebut seakan membuatnya jadi sasaran kemarahan banyak warganet. Selain mencapnya sebagai perusak rumah tangga, Arawinda juga kini memiliki predikat baru, yakni perebut suami orang alias pelakor.
Tentu saja, istilah ini seakan-akan membuat perempuan selalu berada di pihak yang salah dalam sebuah perselingkuhan. Menjadi orang yang paling berdosa karena telah menyakiti perempuan lain, hingga menyesatkan lelaki.
Baca Juga: Kendarai Motor Lewati Sela-sela Truk, Aksi Berani Perempuan Ini Bikin Warganet Ngilu
Memang, mungkin ada saat di mana seorang perempuan benar-benar berusaha keras untuk mengejar seorang lelaki, terlebih yang sudah beristri. Namun, apa yang tidak disadari oleh banyak orang dan diabaikan begitu saja, adalah bahwa lelaki juga berada dalam hubungan tersebut.
Lalu, mengapa perempuan selalu menjadi pihak yang disalahkan dan dipandang lebih buruk? Berikut adalah beberapa hal yang mungkin bisa menjawabnya, seperti dilansir Huffington Post.
1. Lebih Mudah Untuk Menyalahkan Perempuan
Jika kita tidak mengenalnya, lebih mudah untuk menghujatnya dan hal tersebut membuat kebanyakan kita tidak merasa bersalah. Namun jika kita mengenalnya, kita justru akan merasa lebih dibenarkan untuk melakukannya - seorang teman harus tahu lebih baik. Lebih mudah untuk menyalahkan seseorang yang memiliki keterikatan emosional yang lebih sedikit.
2. Kebayakan Perempuan yang Diselingkuhi Masih ingin Memercayai Pasangan Setelah Mereka Berkhianat
Sebagai perempuan yang diselingkuhi, pasti ada saat di mana kita mendengar kebohongan konyol yang dilontarkan lelaki atau suami dalam upaya putus asa untuk mempertahankan istri dan pernikahannya.
Tentu saja, kita akan mendengar bahwa suami kita tidak punya pilihan, dia tergoda hingga akhirnya malah bertindak sebagai korban. Seringkali perempuan selingkuhannya tidak diberi waktu untuk menjelaskan cerita dari sisinya.
Baca Juga: Tepergok Selingkuh, Seorang Istri Diarak Warga Sambil Memanggul Suaminya Keliling
3. 'Kode Perempuan' Telah Dilanggar
Aturan tidak tertulis untuk tidak pernah mengejar seseorang yang telah memiliki pasangan pasti diketahui oleh banyak perempuan. Terlepas dari apakah kita mengenal perempuan selingkuhannya atau tidak, jika dia melanggar kode ini, dia jelas tidak dapat dipercaya dan oleh karena itu semua kesalahan dapat dibebankan padanya.
4. Alternatifnya Terlalu Menyakitkan dan Mungkin Memalukan
Perselingkuhan bisa terjadi kapan saja selama hubungan, ketika kita baru saja berkencan, telah pindah bersama, atau bahkan menikah. Memikirkan bahwa pasangan bisa berperilaku sedemikian tidak jujurnya kepada kita bisa jadi terlalu berat untuk ditanggung, sehingga lebih mudah untuk menyalahkan perempuan lain.
5. Terlalu Sering, Perempuan Saling Berebut Satu Sama Lain
Dengan melakukan itu, kita tidak hanya mendorong stereotip yang seharusnya kita, sebagai perempuan tantang - bahwa perempuan diobyektifkan karena menggunakan seksualitas mereka untuk memajukan diri mereka sendiri dalam kehidupan.
Dengan begitu, kita jadi mengizinkan para lelaki untuk lolos dari kesalahan, padahal kenyataannya, merekalah yang menjalin hubungan, yang seharusnya beberapa kesalahan ada pada mereka. Pada akhirnya, jika seorang lelaki benar-benar bahagia dan berkomitmen dalam suatu hubungan, tidak peduli apa yang dilakukan perempuan lain untuk mencoba dan merayunya, itu dia tidak akan berhasil.