8 Pahlawan Nasional Asal Maluku Selain Pattimura, Ada yang Gugur Saat Peristiwa G30S

Rabu, 06 Juli 2022 | 10:54 WIB
8 Pahlawan Nasional Asal Maluku Selain Pattimura, Ada yang Gugur Saat Peristiwa G30S
Martha Christina Tiahahu. (Dok: Wikipedia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Nuku dikenal sebagai Sultan dari Kesultanan Tidore yang dinobatkan pada 13 April 1779. Gelarnya adalah Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. 

Pada masa pemerintahannya yang mencakup Pulau Tidore, Halmahera Tengah, pantai Barat, dan Utara Irian Barat, Sultan Nuku berjuang dari satu wilayah ke wilayah lain melawan dan berdiplomasi dengan Belanda juga Inggris. Tujuannya untuk membebaskan rakyat dari penjajahan. 

Ia lahir di Soasiu, Tidore, pada 1738 dan wafat di kota yang sama pada 14 November 1805. Nuku diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 7 Agustus 1995.

5. Willem Johannes Latumeten

Willem merupakan keturunan keluarga besar Latumetena dari Desa Rutong di Pulau Ambon. Ayahnya seorang pejuang dan ahli penyakit jiwa, Prof. Dr. Y.A. Latumeten.

Willem lahir di Saparua, 16  April 1916. Ia mengenyam sekolah tinggi di Geneeskundige Hogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Pengabdiannya untuk negara dimulai sejak zaman revolusi fisik hingga kemerdekaan. Pernah menjabat di Kementerian Penerangan, Departemen Olahraga, dan menjadi Pembina Olahraga.

Ia juga mendirikan Sekolah Tinggi Olahraga di Jakarta, membentuk PERBASI, membina para atlet yang akan terjun ke ASEAN GAMES IV tahun 1962 dan GANEFO pada 1963, juga menjadi Sekretaris Umum Komite Olympiade Indonesia Pusat pada 1955 – 1964. 

6. Sultan Babullah

Babullah diangkat sebagai Sultan Ternate pada 1950, menggantikan ayahnya Sultan Hairun yang dibunuh oleh Portugis. Perang antara Ternate dan Portugis kembali terjadi pada 1570 – 1575. Karena sejak kematian ayahnya, Sultan Babullah bersumpah tidak akan menghentikan perang hingga semua orang Portugis terusir dari daerah kekuasaannya. 

Baca Juga: Ambon Banjir, Belasan Rumah dan Musala di Negeri Kaitetu Terendam Luapan Sungai

Pengepungan Sao Paulo, Benteng Portugis, menjadi tindakan pertamanya yang berlangsung sampai lima tahun lamanya hingga Portugis menyerah. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI