Suara.com - Banyak suami istri yang merasa sudah mengelola keuangan keluarga dengan baik, tapi masih saja ditemukan kekurangan untuk kebutuhan sehari-hari.
Jika ini yang terjadi, maka menurut Financial Planner Annisa Steviani, dipastikan ada kesalahan saat mengatur keuangan keluarga. Dan kesalahan ini perlu diperhatikan dan kembali dievaluasi. Apa saja kesalahan tersebut?
1. Tidak Perhatikan Pengeluaran Receh
Annisa banyak menemukan pasangan suami istri yang sudah melakukan budgeting pengeluaran besar, tapi kerap 'boncos' karena uang receh seperti jajan yang tidak diperhatikan.
"Seperti misalnya belanja bulanan sudah dibudgetkan, tapi tidak memperhatikan untuk jajan setelah belanja bulanannya tidak dimasukan," jelas Annisa dalam acara diskusi Shopee beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Jadi Manajer Keuangan Keluarga, Ini 3 Ketakutan Ibu Selama Pandemi
2. Budgeting Cenderung Tidak Realistis
Maksud hati ingin lebih irit, dengan membatasi diri untuk pengeluaran, tapi tidak sesuai dengan harga pasaran atau kebutuhan sehari-hari yang memang besar.
"Oleh karena itu kita harus tahu terlebih dahulu kebutuhan kita ada berapa, dan apakah penghasilan kita cukup untuk menutupi itu," paparnya.
Contohnya, saat pergi bekerja efektif berangkat naik kendaraan pribadi sampai stasiun, tapi memaksa harus berjalan kaki, lalu masuk kerja terlambat dan harus lembur. Alhasil kelelahan dan pulang harus naik taksi, sehingga pengeluaran jadi lebih besar.
3. Tidak Cari Penghasilan Tambahan
Jika budget sudah tidak realistis untuk memenuhi kebutuhan orang tua, mertua dan anak, maka jangan dipaksa menekan pengeluaran hingga makanan yang dikonsumsi tidak bergizi.
"Maka kita harus memikirkan kembali apakah harus menambah penghasilan, dengan istri yang ikut bekerja ataupun sang suami harus mencari penghasilan tambahan," jelas Annisa.
Baca Juga: Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga, Cukup Lakukan 2 Hal Ini
4. Tidak Mempersiapkan Dana Darurat
Menyiapkan dana pendidikan anak memang baik, tapi jika dana darurat belum terpenuhi baiknya konsentrasi mengumpulkan dana darurat.
Tujuannya agar dana pendidikan anak tidak terkuras untuk biaya tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, jatuh sakit, dan sebagainya.
Adapun dana darurat yang diperlukan, untuk single atau yang belum menikah, minimal memiliki dana 3 kali pengeluaran per bulan.
Sedangkan yang sudah menikah, minimal memiliki dana darurat 12 kali pengeluaran per bulan.
5. Tujuan Finansial Lainnya
Setiap suami istri memiliki tujuan finansial yang berbeda, dari mulai ingin memiliki rumah, mobil baru, atau naik haji. Semuanya perlu dibicarakan bersama-sama.
"Jadi ketika ada permasalahan keuangan karena boros atau keuangan berantakan, baiknya dicari terlebih dahulu pusat permasalahannya di mana, jika sudah ketemu maka akan lebih mudah untuk memetakannya secara perlahan," tutup Annisa.