Diadakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan dimana pada forum-forum tersebut menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan.
Pada tanggal 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Pattimura dikukuhkan dalam upacara adat sebagai Kapitan Besar.
Setelah dilantik sebagai kapten, Pattimura memilih beberapa orang pembantunya yang juga berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.
Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng Duurstede.
Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede ke tangan pasukan Pattimura dan pemusnahan orang-orang Belanda, menggoncangkan dan membingungkan pemerintah Belanda di kota Ambon.
Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes. Ekspedisi tersebut kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.
Taktik Perang Pattimura Melawan Tentara Belanda
Pattimura mengetahui rencana serangan dari penjajah Belanda tersebut, sehingga dengan segera ia mengatur taktik dan strategi pertempuran.
Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir mulai dari teluk Haria, sampai ke teluk Saparua. Pattimura bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya.
Baca Juga: Gus Miftah Tanya Sejak Kapan Rendang Punya Agama, Ustaz Adi Hidayat Beri Jawaban Soal Adat Minang
Pada tanggal 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria yang berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut.