Suara.com - Saat ini di media sosial sangat mudah untuk menemukan berbagai macam informasi bohong (hoaks). Biasanya hoaks sendiri berhubungan dengan berbagai hal penting, seperti politik, hukum, kesehatan, dan lain-lain.
Belum lama ini banyak timbul hoaks mengenai penyakit hepatitis akut yang baru muncul di Inggris Raya April lalu. Dalam pemberitaan tersebut, dikatakan vaksin Covid-19 adalah penyebab munculnya hepatisis akut.
Melihat hal tersebut Influencer sekaligus Mahasiswa Kedokteran, Ekida Rehan Firmansyah, S. Ked mengatakan informasi tersebut merupakan hoaks belaka. Ia menuturkan kalau dirinya sudah melakukan pengecekan berdasarkan situs resmi.
“Jadi untuk hepaitits akut karena vaksin Covid 19, atau ASI Ibu yang melakukan vaksinasi adalah hoaks,” ucap Ekida dalam acara 12th D’RoSSi Open Lecture, Jumat (01/07/2022).
Baca Juga: CEK FAKTA: Tambahan 10 Ribu Kuota Haji 2022 Tidak Diambil karena Dana Haji Diembat, Benarkah?
Sementara itu, Ekida juga mengatakan masalah hoaks ini pada dasarnya terdiri dari 3 hal, yaitu malinformasi, misinofrmasi, disinformasi. Berikut beberapa penjelasan mengenai ketiga hal tersebut.
- Malinformasi, merupakan informasi benar disertai penyajian yang diubah dengan niat buruk atau ingin menyebarkan kebencian.
- Misinformasi, merupakan informasi keliru yang diyaikini benar dan disebarluaskan tanpa maksud buruk.
- Disinformasi, merupakan informasi keliru yang disebarluaskan dengan maksud buruk.
Ekida juga menuturkan, untuk mengetahui apakah informasi yang disebarluaskan itu benar atau tidak, seseorang dapat memperhatikan beberapa hal. Berikut beberapa tips untuk mengetahui informasi tersebut hoaks atau tidak.
Informasi terlalu ekstrem
Menurut Ekida, berita hoaks biasanya mengandung pesan yang telalu ekstrem. Dalam artian berita tersebut telalu baik untuk dikatakan benar adanya. Namun, berita tersebut juga terlihat terlalu buruk jika benar terjadi.
“Biasanya berita hoaks itu kelihatan dari isi pesannya, jadi kayak it’s too good to be true atau it’s too bad to be true,” ucapnya.
Baca Juga: Rusia Denda Google Rp 18,5 Miliar karena Dianggap Sebar Hoaks Perang Ukraina
Adanya perintah sebarkan
Dalam berita-berita hoaks sering kali ada ajakan untuk menyebarluaskan informasi tersebut. Ekida mengatakan, biasanya informasi yang seperti itu hoaks.
“Berita hoaks biasnya ada ajakan buat nyebarin ke WA atau media sosial lainnya gitu, yang kayak gitu biasanya bohong,” sambung Ekida.
Tidak adanya keterangan sumber
Sumber menjadi hal penting apakah informasi yang disampaikan benar atau salah. Biasanya, berita hoaks tidak ada sumber yang dicantumkan. Oleh karena itu, Ekida menyarankan, ketika melihat informasi tanpa sumber yang jelas, tidak boleh langsung percaya begitu saja.
“Biasanya, berita hoaks itu enggak ada sumber yang jelas dari mana asal informasi tersebut, yang kayak gini harus dicari tahu terlebih dahulu kebenarannya, sekarang juga Kominfo juga menyediakan situs buat cek fakta,” pungkasnya.