Punya Potensi Besar, Pelaku UMKM Perempuan Didorong Untuk Bisa Bersaing

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 28 Juni 2022 | 11:55 WIB
Punya Potensi Besar, Pelaku UMKM Perempuan Didorong Untuk Bisa Bersaing
Ilustrasi UMKM. [Xuanduongvan87/Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kontribusi pelaku usaha kecil mikro dan menegah (UMKM) perempuan seringkali dipandang sebelah mata. Padahal, sebagian besar pelaku UMKM justru digeluti perempuan. 

Seperti diketahui, 64 persen pelaku UMKM adalah kaum perempuan dan sebagian besar bergerak di bidang kuliner. Banyak masalah yang dihadapi UMKM yang dikelola oleh perempuan.

Namun, kaum perempuan yang mengelola UMKM justru masih bisa menyekolahkan anak-anak mereka. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, UMKM perempuan menjadi salah satu target pemerintah dalam rangka melahirkan 1 juta wirausaha mapan baru.

“Problemnya itu (UMKM perempuan) adalah produktivitas dan kualitas produk. Sebagian dari bisnis perempuan ini adalah lebih ke survival economy untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tapi kalau kita lihat peran di dalam keluarga bagaimana merelaa bisa menyekolahkann anak dengan pendapatan dari UMKM kita berharap nanti dari keluarga mereka akan muncul anak-anak muda yang berpendidikan yang bisa memunculkan wirausaha baru,” kata Teten dalam keterangannya, Selasa, (28/6/2022).

Baca Juga: 4 Cara Membuat Daging Kurban Empuk ala Chef Haryo Pramoe

Karena itu, kata Teten, pemerintah akan terus mendampingi UMKM perempuan agar bisa bersaing. Contohnya dengan mempermudah akses pembiayaan bukan hanya untuk modal kerja tetapi juga untuk mengembangkan produk.

Pemerintah juga tengah menyusun konsep UKM kluster untuk bisa meningkatkan daya saing dan juga pengembangan produk.

Ilustrasi UMKM. (Dok: BRI)
Ilustrasi UMKM. (Dok: BRI)

“Kita cari model kluster di mana UKM yang gabung dalam kluster, jadi agregator seperti e-commerce. Di dalam kluster itu ada penelitian dan pengembangan, sehingga untuk inovasi produk tidak perlu dikerjakan lagi semuanya jadi hanya produksi saja. Litbang untuk pengembangan produk dilakukan yang lain. Itu konsep UKM kluster dalam rantai pasok,” jelas Teten.

Teten juga berharap UKM yang ada saat ini untuk memroduksi barang yang sudah ada pangsa pasarnya. Kata dia, Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan pemerintah pusat dan daerah untuk alokasikan 40 persen anggaran belanja untuk beli produk koperasi dan UKM. Jumlahnya mencapai Rp 400 triliun dan ini sudah jelas pangsa pasarnya. Kata Teten, UKM akan dibimbing untuk produksi barang dan jasa yang pangsa pasarnya sudah ada.

Pascapandemi, pemerintah tidak hanya ingin UKM “recover” tapi juga transformasi ke digital. Target 30 juta UKM transformasi ke digital pada 2024 dan sekarang baru 19 juta. Rektor Universitas Prasetiya Mulya Prof Djisman Simandjuntak mengatakan, transformasi digital UKM bukan hanya di bidang logistik dengan platform sebagai pangkalan.

Baca Juga: Komunikasi di Akar Rumput Tak Jalan, UMKM di DIY Sulit Masuk Hotel dan Destinasi Wisata

Namun, kata Djisman, produksi UKM juga harus mengalami perubahan teknologi dan ini menjadi kunci pengembangan usaga kecil dan menengah.

“Dia harus mengalami teknologisasi, sumber utama pertumbuhan adalah perubahan teknologi. Sekarang ini kita menghadapi zaman di mana teknologi itu memasuki segala proses yang diperlukan di dalam bisnis,” kata Djisman.

Djisman menambahkan, perubahan teknologi sangat pro perempuan. Kata dia, dengan teknologi kendala yang dihadapi perempuan menjadi melonggar. Djisman juga menekankan, tekonologisasi akan membantu UKM untuk bisa terus tumbuh.

“Kalau UKM terus berkutat pada survival businesses maka pertumbuhan tidak bisa diharapkan, survival business is no growth business. Ketika UKM terjepit masuk sektor survival tapi untuk tumbuh perlu lebih dari itu antara lain dengan teknologisasi,” ujar Djisman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI