Pariwisata Ubah Karakter Alami Komodo, Jadi Lebih Gemuk dan Tidak Kabur Saat Melihat Manusia

Senin, 27 Juni 2022 | 13:46 WIB
Pariwisata Ubah Karakter Alami Komodo, Jadi Lebih Gemuk dan Tidak Kabur Saat Melihat Manusia
Wisatawan melihat hewan langka Komodo dari dekat di Pulau Komodo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jumlah wisatawan ke kawasan Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur terus meningkat sejak 2010.

Data Balai TN Komodo mencatat, kunjungan terbanyak terjadi pada 2019 hingga mencapai 219 ribu pengunjung per tahun.

Peningkatan jumlah kunjungan itu ternyata sedikit banyak mengubah perilaku hewan melata tersebut.

Kepala Balai TN Komodo Lukita Awang mengatakan, karakter komodo yang ada di area pariwisata berbeda dengan yang di luar area wisata.

Baca Juga: Duh Warga Jakarta Ditipu Agen Wisata Labuan Bajo, Duit Rp46,3 Juta Melayang

Komodo di Pulau Rinca (Suara.com/Risna Halidi)
Komodo di Pulau Rinca (Suara.com/Risna Halidi)

Sebagai informasi, dari sekitar 60 hektare luas daratan TN Komodo, hanya sekitar dua persen yang dimanfaatkan untuk aktivitas pariwisata.

"Komodo di tempat wisata berubah, kewaspadaan mereka berkurang, dia jadi cenderung dekat dengan manusia," kata Lukito saat konferensi pers TN Komodo di kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Senin (27/6/2022).

Temuan itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Balai Taman Nasional pada 2016 lalu.

Ketika itu, kunjungan wisatawan di TN Komodo meningkat hingga lebih dari 100 ribu untuk pertama kalinya.

Dikatakan, komodo yang tinggal di luar area pariwisata, masih berperilaku alami dengan memilih menjauh jika bertemu manusia.

Baca Juga: Bawa 16 Anggota Keluarga ke Labuan Bajo, Wisatawan Ini Ternyata Ditipu, Rugi Rp 46 Juta Lebih

Selain dari karakter, berat badan komodo di area pariwisata juga rata-rata lebih besar. Komodo di dekat wisata terberat bisa sampai 100 kilogram.

Sementara yang tidak dekat dengan lokasi wisata paling besar sekitar 80 kilogram. Menurut Lukito, hal tersebut akibat adanya atraksi pemberian pakan terhadap komodo.

"Maka sejak tahun 2017, kami menghentikan pemberian pakan. Dengan adanya perubahan seperti ini, kita perlu kajian tentang daya dukung dan daya tampung, jangan sampai perilaku komodo berdampak yang kita belum tahu sekarang," ujarnya.

Dalam acara serupa, Kepala Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Taman Nasional Komodo Irman Firmansyah menambahkan, perubahan perilaku itu pasti terjadi karena adanya aktivitas wisata di dalam habitat komodo.

Menurutnya, dampak dari perubahan tersebut akan mempengaruhi daya jelajah komodo untuk mencari mangsa sebagai sumber makanannya.

"Kalau komodo besar jadi sulit bergerak, kemampuan bergerak jadi lambat. Artinya akan ada rantai ekosistem membludak mangsanya karena komodo lambat."

"Perubahan lain kaitannya dengan daya jelajah habitat. Perlu kita jaga kestabilan komodo dan perilaku asli komodo," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI