Suara.com - Hari ini, Jakarta merayakan ulang tahunnya yang ke-495. Sebagai ibukota negara, saat ini Jakarta sudah terbilang cukup modern dengan bangunan-bangunan pencakar langit yang menghiasinya. Meski demikian, kesenian khas daerah tetap mendapat tempat di hati masyarakat, salah satunya ondel-ondel.
Kesenian ondel-ondel saat ini sering kitajumpai di jalan dengan iringan musik tanjidor maupun gambang kromong. Namun tahukah Anda, kesenian yang satu ini memiliki sejarah panjang dan kepercayaan tersendiri.
Melansir laman Nowjakarta dan Culturetrip, ondel-ondel sendiri sudah ada sejak 1602 dan dipercaya sebagai simbol leluhur untuk menjaga masyarakat saat itu.
Berikut 4 fakta menarik tentang ondel-ondel yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang, termasuk warga ibukota.
Baca Juga: Rencana Penggusuran Lokalisasi Gunung Antang, Pemkot Jaktim Tunggu Undangan KAI
1. Dipercaya dapat mengusir roh jahat
Karena pengaruh adat China dan Arab yang masuk ke daerah Jakarta di masa lalu, orang Betawi kuno percaya ondel-ondel dapat menangkal kejahatan. Patung kesenian raksasa berukuran 2,5 meter ini awalnya rupanya difungsikan untuk mengusir setan atau makhluk halus yang mengganggu masyarakat.
Kesenian ondel-ondel yang biasa ditampilkan pada suatu acara hajatan, dimaksudkan untuk melindungi para tamu dari berbagai kekuatan jahat. Ondel-ondel dipercaya mewakili roh baik untuk mengawasi masyarakat kala itu.
2. Arti warna pada wajah
Warna pada wajah ondel-ondel itu sendiri juga memiliki filosofinya sendiri. Warna merah pada ondel-ondel laki-laki mengartikan simbol dari roh jahat. Biasanya ondel-ondel laki-laki digambarkan berkumis dan memiliki wajah sangar.
Baca Juga: Revitalisasi Permukiman Warga Korban Kebakaran Pasar Gembrong Dimulai Juli Mendatang
Sedangkan, untuk wajah ondel-ondel perempuan memiliki warna putih yang menandakan simbol kebaikan untuk melindungi masyarakat.
3. Di balik pembuatan ondel-ondel
Rupanya, dalam pembuatan kesenian yang satu ini juga tidak boleh sembarangan. Ondel-ondel terbuat dari bambu setinggi 2,5 meter dengan diameter 80 sentimeter. Dan dalam proses pembuatannya, harus ada ritual khusus terlebih dahulu.
Sosok yang membuatnya harus menyiapkan sesajen seperti kemenyan dan kembang tujuh rupa agar tidak dipengaruhi roh jahat. Setelah itu, barulah ondel-ondel dibuat dengan anyaman bambu untuk membuat tubuh dengan cangkak yang berongga.
Untuk bagian wajah biasanya diukir dari kayu. Pakaian yang digunakan sendiri biasanya berwarna cerah seperti layaknya seorang suami istri yang sedang menikah berdasarkan adat Betawi.
Untuk bagian rambut, diolah dengan hati-hati dari daun pohon palem yang dikeringkan. Pada bagian kepala juga dihias dengan kembang kelapa, yaitu hiasan runcing yang biasanya terbuat dari kertas dan lidi yang ditusuk ke styrofoam.
4. Ondel-ondel masa kini
Pada 1977, Gubernur Jakarta Ali Sadikin mengubah fungsi kesenian ondel-ondel. Oleh karena itu, saat ini biasanya ondel-ondel digunakan untuk mengiringi suatu perayaan yang meriah. Ondel-ondel juga digunakan untuk menyambut tamu pada acara hajatan disertai iringan musik.
Bahkan, sekarang sering kali terlihat kesenian ondel-ondel di pinggir jalan serta dijadikan banyak orang untuk sumber mata pencaharian.