Suara.com - Pada laporan Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 lalu, terungkap hanya 29 persen siswa Indonesia yang memiliki growth mindset atau pola pikir berkembang.
Padahal growth mindset dapat membuat seseorang menjalani hidup lebih bersemangat. Semangat ini bersumber dari pikiran positif orang-orang optimis karena menerapkan pola pikir berkembang.
Dikatakan oleh Founder dan Chief Education Officer Zenius - Sabda PS, banyak siswa Indonesia yang memiliki motivasi rendah dan menganggap bahwa kegiatan seperti bimbingan belajar hanya untuk anak ambisius dan pintar.
Sementara siswa dengan motivasi belajar rendah tidak mau ikut bimbingan belajar karena mereka berpikir jika pintar itu merupakan bakat yang sudah ada dari lahir.
Baca Juga: Dipicu Balas Dendam, Kelompok Geng di Sleman Lakukan Penganiayaan Terhadap Empat Siswa
Untuk itu, ia menekankan pentingnya konsep belajar yang penting-penting saja, di mana siswa diajak melihat ide besar dari sebuah pelajaran dan memilah pokok-pokok bahasan utama untuk diserap.
Dengan pendekatan itu, kata Sabda, siswa memiliki kerangka berpikir saat belajar, lebih terarah, dan lebih cepat paham, yang dibuktikan dengan mampu mengerjakan soal-soal tes dengan cermat.
"Selain itu, siswa juga akan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hobi atau kegiatan lainnya di luar belajar," katanya dikutip dari siaran pers, Selasa (21/6/2022).
Contoh dari konsep tersebut misalnya, saat belajar Bahasa Inggris, siswa tidak fokus menghafal 16 tenses yang ada tanpa mengetahui pola kalimat dan bagaimana menerapkannya.
Mereka akan diajarkan melihat tenses dari tiga waktu (masa lampau, sekarang, dan masa depan) dan empat aspek (simple, progressive, perfect, dan perfect progressive).
Baca Juga: 5 Tanda Orang Memiliki Fixed Mindset, Apakah Ada di Sekitarmu?
Mengetahui banyak fakta-fakta seperti rumus, tanggal, cara, nama, fungsi tanpa dibingkai dengan pemahaman konsep juga akan membuat kegiatan belajar menjadi membosankan, tanpa tujuan, dan membuat siswa cepat letih.
Dengan merangkai fakta dalam sebuah konsep, membaginya menjadi topik, dan paham bagaimana menggunakan ide besar yang bisa diaplikasikan ke topik lain, membuat siswa menemukan pola antara mata pelajaran, membuat koneksi, dan menerapkan pemahaman tersebut di masa depan.
Konsep belajar yang penting-penting saja juga diklaim dapat membantu siswa mendapatkan ide besar yang perlu dipahami. Dan ketika siswa sudah memiliki pemahaman akan ide besar, bukan berarti mereka tidak harus belajar hal lain lagi.
"Siswa tetap harus sering melakukan latihan soal dan membaca materi untuk menguasai sebuah pelajaran. Paham ide besar akan membantu siswa memperdalam penguasaan materi (skill mastery) tanpa harus terjebak pola pikir atau rumus yang membatasi cara berpikir mereka," kata Sabda.