Tahun Ajaran Baru Segera Tiba, Ini 3 Risiko Penghambat Persiapan Dana Pendidikan Anak

Vania Rossa Suara.Com
Senin, 20 Juni 2022 | 23:08 WIB
Tahun Ajaran Baru Segera Tiba, Ini 3 Risiko Penghambat Persiapan Dana Pendidikan Anak
Ilustrasi dana pendidikan anak (pexels.com/KristinaPaukshtite).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Persoalan menyiapkan pendidikan anak tidak hanya sekadar memilih institusi pendidikan yang sesuai dengan karakter anak, namun perlu diimbangi dengan kemampuan finansial agar tidak mengganggu aspek finansial keluarga lainnya, termasuk memperhitungkan faktor risiko yang bisa menghambat persiapan dana pendidikan anak.

Menjelang tahun ajaran baru yang akan dimulai pada Bulan Juli mendatang, mari ketahui lebih jauh mengenai risiko yang bisa menghambat persiapan dana pendidikan anak. Setelah tahu risiko apa saja yang akan dihadapi, segeralah antisipasi dengan baik agar tidak mengganggu kestabilan finansial dan berdampak pada persiapan dana pendidikan anak.

Berikut ini adalah beberapa risiko yang kerap kali menjadi hambatan dalam menyiapkan dana pendidikan anak secara optimal, mengutip siaran pers Astra Life yang diterima Suara.com:

1. Risiko Perencanaan Pendidikan yang Kurang Matang
Saat memutuskan untuk menikah dan memiliki anak, dana pendidikan anak adalah hal yang penting untuk diperhitungkan dan disepakati bersama pasangan. Penghitungan ini meliputi besaran biaya pendidikan anak mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi yang nantinya akan dialokasikan secara rutin.

Baca Juga: Tiga Tahap Ini Harus Dilalui Dalam Proses Mengasah Sikap Empati Pada Anak

Pastikan perencanaan alokasi biaya sudah dipertimbangkan, termasuk memilih sekolah mana yang tepat. Tidak ada salahnya mencari tahu lebih awal besaran biaya iuran sekolah, biaya kursus, bahkan hingga biaya membeli keperluan sekolah seperti seragam, buku pelajaran, hingga estimasi biaya yang diperlukan untuk transportasi ke sekolah.

Selain itu, perlu diantisipasi juga biaya pendidikan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan, karena semakin tinggi tingkatan pendidikannya, maka biaya yang dipersiapkan juga akan semakin besar.

Tidak kalah penting, alokasi biaya pendidikan anak juga perlu dibuat ke dalam pos tabungan yang terpisah dengan pos tabungan lainnya agar bisa digunakan secara tepat sesuai perencanaan.

2. Risiko Inflasi Biaya Pendidikan Anak
Selain perencanaan keuangan dengan alokasi dana pendidikan secara rutin, faktor lainnya yang harus diperhitungkan adalah besaran inflasi kebutuhan pendidikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, rata-rata inflasi biaya pendidikan di tingkat sekolah dasar hingga menengah atas adalah 10-15% per tahun dan di tingkat perguruan tinggi sebesar 30-45% per tahun.

Agar tidak semakin terpaut jauh dengan besarnya nilai inflasi, dana tabungan pendidikan anak bisa dialokasikan ke dalam berbagai instrumen investasi untuk mendapatkan manfaat bunga, mulai dari deposito, emas, hingga reksadana.

Baca Juga: Baznas Beri Bantuan Dana Pendidikan bagi Anak Wartawan Surya Fakhrizal

Perlu diingat bahwa pendidikan anak adalah kebutuhan utama yang perlu untuk dipenuhi. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari mengalokasikan dana pendidikan pada instrumen investasi dengan risiko yang tinggi agar dana pendidikan tetap aman.

3. Risiko Penanggung Dana Pendidikan Anak
Faktor lainnya yang perlu diperhatikan adalah risiko penanggung biaya pendidikan anak yang umumnya adalah orang tua. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua juga memiliki peran besar sebagai pencari nafkah keluarga, termasuk untuk pemenuhan kebutuhan biaya pendidikan anak. Jika penanggung dana pendidikan anak mengalami hambatan dalam mencari nafkah misalnya karena sakit, catat tetap atau tutup usia, maka besar kemungkinan pendidikan anak juga ikut terhambat.

Oleh karena itu, penting untuk memitigasi risiko yang bisa terjadi kapan saja agar anak tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Mitigasi risiko ini bisa dilakukan melalui proteksi diri dan keluarga yang didapatkan dari produk asuransi jiwa, misalnya Flexi Life yang memberi perlindungan terhadap risiko tutup usia. Di sini, ahli waris akan menerima sejumlah uang yang disebut uang pertanggungan bila tertanggung atau nasabah tutup usia, yang bisa digunakan bagi keluarga yang ditinggalkan untuk melanjutkan hidup, termasuk untuk memenuhi kebutuhan dana pendidikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI