Suara.com - Penetrasi asuransi di Indonesia disebut masih rendah. Selain masih kurangnya edukasi yang tepat seputar asuransi, juga masih adanya kesalahpahaman seputar asuransi yang diyakini masyarakat. Di antaranya soal premi asuransi yang mahal, menganggap asuransi sama dengan tabungan, dan anggapan bahwa setiap klaim pasti akan diterima.
Nah, untuk memastikan bahwa Anda benar-benar siap berasuransi, pastikan juga Anda paham dan memiliki pengetahuan yang benar tentang asuransi. Berikut penjelasan Faculty Head Sequis Quality Empowerment Yan Ardhianto, AWP, RFP, IPP mengenai 3 kesalahpahaman tentang asuransi yang sering terjadi pada masyarakat, mengutip laman resmi Sequis.
1. Premi Asuransi Mahal
Banyak orang menganggap bahwa premi asuransi itu mahal. Padahal, jika Anda bandingkan dengan biaya kesehatan saat harus rawat inap di rumah sakit itu, premi asuransi tersebut tentu jauh lebih murah.
Ada juga yang berpendapat premi yang dikenakan pada dirinya lebih mahal dari orang lain yang usianya sama dan produk asuransi yang dipilih juga sama. Ada juga yang mengira premi dapat diketahui langsung dari customer service atau admin media sosial perusahaan asuransi.
Padahal, dalam menentukan premi, perusahaan asuransi terlebih dahulu melakukan perhitungan risiko masing-masing individu berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi kesehatan, serta gaya hidup. Itu sebabnya, premi setiap orang bisa berbeda.
Premi yang dianggap mahal ini sering kali membuat calon nasabah langsung menolak karena merasa takut tidak dapat konsisten membayar dan merasa sayang mengeluarkan uang yang belum tentu dirasakan manfaatnya.
Padahal, tahukah Anda, kita bisa menyesuaikan lagi manfaat yang ditawarkan asuransi agar jumlah premi bisa lebih terjangkau. Kita juga bisa mendapatkan premi murah jika saat mengajukan asuransi masih berusia muda, produktif, dan sehat.
Sebaliknya, semakin tua usia, maka premi asuransi juga semakin mahal. Belum lagi jika mengidap penyakit tertentu, besar kemungkinan premi akan lebih mahal atau pengajuan asuransi ditolak.
2. Menganggap Asuransi Sama dengan Tabungan
Tidak sedikit masyarakat yang berharap bisa mendapat hasil lebih layaknya tabungan dari premi asuransi yang sudah mereka bayarkan secara berkala. Padahal, asuransi merupakan instrumen keuangan yang berbeda dengan tabungan.
Baca Juga: Cara Klaim Asuransi Mobil: Perhatikan 4 Langkah Berikut Ini, Apa Saja yang Perlu Dilakukan?
Asuransi pada hakekatnya berguna untuk memberikan proteksi dan rasa aman dari risiko finansial yang kejadiannya tak terduga dan berpotensi menyebabkan kerugian besar.
Dana asuransi tidak bisa diambil kapan saja sebagaimana tabungan dan bukan berfungsi untuk menyiapkan dana guna mencapai tujuan keuangan tertentu. Asuransi justru bertujuan untuk melindungi tujuan finansial Anda agar tak terhambat atau gagal jika terjadi risiko finansial, seperti sakit kritis, kecelakaan, dan cacat atau meninggal dunia dalam perjalanan waktu.
Manfaat asuransi ini bisa cair saat Tertanggung terkena risiko finansial sesuai ketentuan polis. Dengan memiliki asuransi, Anda dapat merasa aman dan terlindungi dalam perjalanan untuk mencapai tujuan finansial, seperti membeli rumah, pendidikan anak, dan dana pensiun.
3. Menganggap Setiap Klaim Pasti Diterima
Banyak masyarakat menganggap bahwa klaim asuransi kesehatan yang diajukan pasti diterima. Padahal, ada ketentuan dalam polis yang menjadi dasar pengambilan keputusan klaim.
Pengajuan klaim kesehatan Anda berpotensi ditolak jika yang diklaim adalah kondisi tertentu yang sudah ada sebelum Anda memiliki asuransi, yang masuk dalam pengecualian polis
Pengajuan klaim Anda juga kemungkinan besar akan ditolak jika masa tunggunya tidak sesuai ketentuan polis. Atau, jika klaim cedera disebabkan oleh tindakan pidana atau kejahatan.
Intinya, bacalah seluruh syarat dan ketentuan, manfaat dan pengecualian pada buku polis segera setelah Anda menerimanya. Dengan begitu, Anda akan semakin paham dengan manfaat asuransi yang akan didapat, serta tak ada lagi kesalahpahaman seputar asuransi.