Sampah Plastik Jadi Masalah, Greenpeace Ajak Masyarakat Pakai Kemasan Guna Ulang

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 20 Juni 2022 | 09:35 WIB
Sampah Plastik Jadi Masalah, Greenpeace Ajak Masyarakat Pakai Kemasan Guna Ulang
Daur ulang. (Dok: Elements Envanto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sampah plastik hingga kini masih menjadi masalah bagi Indonesia. Terlebih sebagian besar tidak bisa digunakan ulang. Dalam keterangannya, Kasubdit Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ujang Solihin Sidik, kemasan-kemasan yang bisa diguna ulang itu menempati posisi yang paling tinggi dalam hierarki dibanding kemasan yang hanya di desain sekali pakai. 

Dia beralasan kemasan guna ulang itu didesain untuk dapat dipakai ulang dan otomatis potensi menjadi sampah juga akan jauh berkurang karena sudah pasti akan ditarik lagi untuk diisi kembali.
 
“Sementara, yang didesain untuk sekali pakai, potensi untuk jadi sampahnya sangat tinggi. Kalau produsennya tidak bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali untuk kemudian mendaur ulang, ini akan menjadi sampah karena kemasan sekali pakai ini tidak bisa dipakai ulang untuk air minum,” kata Uso, sapaan akrab Ujang Solihin.
 
Lebih lanjut, Uso mengatakan bahwa tingkat kemasan daur ulang untuk plastik itu angkanya rata-rata hanya 7 persen. 

Daur ulang. (Dok: Elements Envanto)
Daur ulang. (Dok: Elements Envanto)

“Bayangkan kalau dari plastik  yang dihasilkan untuk kemasan itu hanya 7% masuk daur ulang. Itu pun didaur ulang hanya sekali dan kebanyakan didaur ulang untuk jadi produk lain, tidak didaur ulang menjadi kemasan lagi atau jadi botol lagi atau jadi galon lagi,” ucapnya.

Dia menyampaikan bahwa selama ini jenis-jenis plastik PET atau sekali pakai termasuk yang paling tinggi tingkat daur ulangnya, yaitu sekitar 23-24% . Hal itu karena memang industri Indonesia saat ini, daur ulangnya baru fokus hanya pada PET dan belum jenis plastik yang lain. Padahal, kata Uso, jenis plastik yang lain sangat banyak bahkan yang paling banyak jenis plastik yang disebut problematic unnecessary packaging atau plastik yang multilayer.
 
“Yang multilayer, yang fleksibel, yang kecil-kecil itu yang menjadi persoalan kita. Jadi, ketika bicara kemasan sampah AMDK, perlu kami tegaskan apapun jenis plastiknya, baik PC, PET atau jenis lain,  kami ingin memastikan produsennya harus bertanggung jawab untuk menarik lagi untuk didaur ulang jika dirancang untuk sekali pakai. Itu yang ingin kami tegaskan,” katanya.

Baca Juga: Seperti Sakaratul Maut, Lucinta Luna Ceritakan Pendarahan usai Operasi Plastik

Hal itu juga yang membuat Greenpeace mengajak masyarakat untuk mengawali kehidupan berkelanjutan yang dimulai dari pemakaian wadah atau kemasan guna ulang dan isi ulang dalam kehidupan sehari-hari. 

Selain itu, organisasi lingkungan ini juga mengajak masayarakat untuk turut meminta produsen agar segera beralih ke produk refil dan reuse serta membuka peta jalan pengurangan sampah mereka ke publik.
 
“Kami akan terus mengkampanyekan pemakaian guna ulang ini melalui sosial media,” ujar Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi.
 
Dia mengatakan kampanye Greenpeace saat ini juga lebih mendorong ke arah produsen dengan mengajak masyarakat ikut meminta mereka agar beralih ke produk-produk refil dan mengurangi produk sekali pakai. ”Ada beberapa yang sedang kami rencananya ke depan. Ini masih in progress dan mungkin baru akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan,” katanya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI