5 Tarian Bali yang Mendunia dan Patut untuk Dilestarikan

Arendya Nariswari Suara.Com
Sabtu, 18 Juni 2022 | 07:32 WIB
5 Tarian Bali yang Mendunia dan Patut untuk Dilestarikan
https://pixabay.com/id/photos/tangan-bali-uluwatu-2952054/
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tari Bali merupakan salah satu kekayaan budaya di Indonesia yang wajib untuk dilestarikan. Pasalnya, tidak hanya sekedar gerakan tubuh, tidak jarang tarian khas daerah ini juga menceritakan sebuah kisah bersejarah di masa lalu.

Kekayaan budaya tari Bali bahkan telah mendapat pengakuan dari UNESCO.

Berikut 5 Tarian Bali yang Sudah Dikenal Oleh Dunia

1. Tari Kecak

Baca Juga: Curhatan Haru Warganet Diperlakukan Seperti Anak Sendiri, Dimasakkan Makanan Halal oleh Keluarga Teman Non-Muslim

Siapa yang tidak tahu tarian Bali satu ini? Tari kecak adalah tarian yang dilakukan oleh para pria yang menggambarkan barisan kera ketika membantu Rama melawan Rahmana.

Tarian yang juga identik dengan suara “cak cak cak” selama dibawakan ini sudah diciptakan sejak tahun 1930-an. Dengan menggunakan kain kotak-kotak untuk menutupi bagian pusar ke bawah tarian ini dipersembahkan untuk perjalanan Rama dan Shinta.

2. Tari Pendet

Peserta mengikuti flashmob 1000 penari tradisonal Tari Pendet Bali dalam rangkaian HUT ke 236 Museum Nasional, Jakarta, Sabtu (23/4).
Peserta mengikuti flashmob 1000 penari tradisonal Tari Pendet Bali dalam rangkaian HUT ke 236 Museum Nasional, Jakarta, Sabtu (23/4).

Jika kecak ditarikan oleh penari pria, maka tari pendet justru sebaliknya. Tarian yang pertama kali diajarkan oleh I Wayan Rindi ini biasa dibawakan oleh para remaja putri. Makna dari Tari Pendet adalah penyambutan atas turunnya Dewa ke Bumi, maka tidak heran jika saat ini tari pendet dianggap sebagai tarian selamat datang.

Pada pembukaan Asean Games di Jakarta beberapa tahun lalu, Tari Pendet pernah dibawakan oleh 800 orang.

Baca Juga: Geger, Wanita Ini Jual Suami untuk Bayar Utang, Warganet: Sosok Istri yang Berpandangan Jauh ke Depan

3. Tari Barong

Umat Hindu melakukan tari barong saat upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1936, di Tanjung Akkarena Makassar, Sulsel, Sabtu (29/3). [Antara/Sahrul Manda Tikupadang]
Umat Hindu melakukan tari barong saat upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1936, di Tanjung Akkarena Makassar, Sulsel, Sabtu (29/3). [Antara/Sahrul Manda Tikupadang]

Sesuai dengan namanya, tari barong adalah tari yang ditampilkan lengkap dengan sosok barong yang menyimbolkan kebajikan. Sebagai tarian yang menunjukkan perseturuan, di tarian ini barong akan melawan sosok rangda yang disimbolkan sebagai kejahatan.

Tari barong biasa dilakukan oleh dua orang pria, satu orang akan memegang bagian kepala dan satunya memegang ekor.

4. Tari Trunajaya

Nama trunajaya diambil dari kata teruna yang berarti pemuda. Tari trunajaya mengisahkan seorang pemuda yang ingin memikat pujaan hatinya. Dengan gerakan yang tegas dan posisi kaki kuda-kuda, tarian ini ditujukan untuk menunjukkan kejantanan pemuda tersebut.

Meski begitu, seiring berjalannya waktu tari trunajaya juga banyak dibawakan oleh wanita.

5. Tari Baris

Festival Puputan Badung 2014 di Denpasar, Sabtu (20/9). Kegiatan bidang seni budaya selama sebulan itu melibatkan sekitar 1.000 seniman untuk memperingati 108 tahun Perang Puputan Badung yaitu pertempuran titik darah penghabisan warga Badung melawan Belanda pada tahun 1906. [Antara/Nyoman Budhiana]
Festival Puputan Badung 2014 di Denpasar, Sabtu (20/9). Kegiatan bidang seni budaya selama sebulan itu melibatkan sekitar 1.000 seniman untuk memperingati 108 tahun Perang Puputan Badung yaitu pertempuran titik darah penghabisan warga Badung melawan Belanda pada tahun 1906. [Antara/Nyoman Budhiana]

Tari baris adalah tarian yang sudah diciptakan sejak pertengahan abad ke-16 dengan jumlah penari 8 sampai 40 orang. Para penari ini menggambarkan para pahlawan yang siap berperang demi membela Raja Bali.

Kostum yang biasa digunakan untuk tari baris adalah lawak, baju beludru, badog, awir, celana panjang, dan tentunya hiasan di bagian dada, kepala, dan punggung layaknya ksatria perang sesungguhnya.

Kontributor : Hillary Sekar Pawestri

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI