Benarkah Pelakor dan Pebinor Jadi Penyebab Utama Perselingkuhan? Ini Kata Pakar Hubungan!

Risna Halidi Suara.Com
Jum'at, 17 Juni 2022 | 20:30 WIB
Benarkah Pelakor dan Pebinor Jadi Penyebab Utama Perselingkuhan? Ini Kata Pakar Hubungan!
Ilustrasi hubungan dengan selingkuhan (Pexels.com/cottonbro)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setiap kali kasus perselingkuhan terjadi, akan ada pola terbentuk yaitu mencari siapa orang ketiganya. Padahal kata konselor pernikahan Indra Noveldy, hehadiran orang ketiga tidak selalu menjadi penyebab perselingkuhan.

Dalam kebanyakan kasus, perselingkuhan bisa jadi hanya gejala dari adanya masalah pernikahan, bukan jadi penyebab utamanya.

"Perselingkuhan bisa terjadi karena begitu banyak aspek dan sudah ada masalah di pernikahan itu sendiri. Pihak ketiga bukan penyebab utama perselingkuhan," kata Penulis buku Menikah untuk Bahagia itu.

Menyalahkan pelakor (perebut laki orang) atau pebinor (perebut bini orang) secara tunggal, tambah Indra, seperti melimpahkan kesalahan hanya pihak ketiga dan membiarkan suami atau istri tidak introspeksi lebih dalam.

Baca Juga: Video FYP TikTok! Viral Empat Sekawan Datangi Pesta Nikahan Teman Kecil Pakai Busana Mereka Dulu

"Ingat, pihak ketiga bisa masuk karena ada celah. Kalaupun ada satu oknum berniat ganggu, jika rumah tangga yang diganggu solid, pasti akan terpental. Jadi, kuncinya bukan mengusir pelakor atau menghindari pelakor, tapi benahi pernikahan, perkuat fondasi di dalam," jelasnya.

Ilustrasi Selingkuh (Pixabay.com/Tumisu)
Ilustrasi Selingkuh (Pixabay.com/Tumisu)

Ia menjelaskan bagaimana memperkuat fondasi hubungan pernikahan memiliki banyak elemen, seperti memperbaiki cara berkomunikasi, menyamakan nilai, memiliki visi-misi yang sama, serta yang tak kalah penting, memenuhi kebutuhan masing-masing.

Perselingkuhan bisa terjadi dalam pernikahan yang terlihat harmonis. Ia pun mengatakan ada pernikahan yang betulan harmonis dan pula pernikahan yang terlihat harmonis. Dua hal itu, kata Indra, adalah dua hal yang berbeda.

"Berapa banyak pasangan suami istri yang sadar bahwa kebutuhan pasangannya terpenuhi? Banyak yang tidak sadar karena semua tampak baik-baik saja, pasangannya tidak komplain, pasangannya saleh. Artinya, banyak yang tidak sadar bahwa pernikahannya bermasalah. Dan Itu adalah masalah besar."

Lalu, Mengapa Hal Itu Bisa Terjadi?
Dikatakan Indra, rutinitas bisa menjadi alasan dan latar belakang ketidakharmonisan dalam hubungan. Meski bukan hal yang buruk, namun rutinitas bisa menjadi musuh dalam hubungan.

Baca Juga: 7 Fakta Mengerikan Kasus Wanita di Jambi Baru Sadar Suami yang Dinikahi Perempuan

Ilustrasi patah hati (freepik)
Ilustrasi patah hati (freepik)

Rutinitas cenderung menciptakan kebiasaan yang sulit dilewati. Saat itulah akan muncul rasa monoton, ketidakbahagiaan, dan ketidakpuasan hingga menyebabkan suami atau istri mulai mempertanyakan siapa yang ia nikahi dan mengapa, maupun tidak menemukan kebahagiaan atau kepuasan dalam pernikahan.

Hal ini senada dengan hasil survei yang dilakukan Teman Bumil dan Populix, di mana 50 persen responden menyatakan rutinitas monoton bisa membuat pernikahan berubah dan 46 persen lainnya mengatakan bahwa kehadiran orang ketiga mengubah pernikahan.

"Rutinitas yang monoton bisa menjadi masalah dalam pernikahan. Karena terjebak peran normatif sebagai istri, ibu, suami, dan ayah, banyak orang lupa tiga perannya sebagai partner, sahabat, dan kekasih."

"Kalau ketiga peran ini enggak dijalani, pastinya pernikahan akan membosankan. Lama-lama pernikahan itu jadi normatif, rasa itu akan menguap, lama-lama akan menjadi dingin dan datar, lalu lama-lama mencari rasa dari orang lain yang bukan pasangan resminya," pungkas Indra.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI