Ray Wagiu Basrowi: Cuti Melahirkan 6 Bulan Efektif Tingkatkan Kesuksesan Pemberian ASI Eksklusif

Kamis, 16 Juni 2022 | 15:37 WIB
Ray Wagiu Basrowi: Cuti Melahirkan 6 Bulan Efektif Tingkatkan Kesuksesan Pemberian ASI Eksklusif
Ilustrasi menyusui. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti dari Divisi Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK mengatakan, cuti melahirkan 6 bulan terbukti secara ilmiah memberi dampak baik terhadap kesehatan ibu dan anak, yang berujung pada kesehatan masa depan bangsa. Hal ini diungkapkannya menanggapi wacana DPR RI untuk menyetujui RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA), termasuk kewajiban cuti melahirkan menjadi 6 bulan.

“Penelitian kami sejak sepuluh tahun silam menunjukkan bahwa memperpanjang cuti melahirkan hingga 6 bulan mutlak memberi daya ungkit terhadap keberhasilan ASI eksklulsif, kesehatan ibu dan bayi, serta mempertahankan produktivitas pekerja perempuan,” ujar Dr Ray.

Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK. (Sumber: IG)
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK. (Sumber: IG)

Menurutnya, tim kedokteran kerja FKUI, sejak 2012 sudah melakukan banyak penelitian dan mempublikasikan hasil riset terkait cuti melahirkan 6 bulan pada pekerja perempuan. Mayoritas hasil penelitian ini merujuk pada satu bukti yang sama, yaitu cuti 6 bulan sangat efektif meningkatkan potensi kesuksesan ASI eksklusif,  mengoptimalkan status kesehatan ibu dan bayi, mempertahankan produktivitas pekerja, serta berdampak positif bagi ketahanan keluarga.

“Bila pekerja perempuan baru masuk kerja setelah 6 bulan dan berhasil memberi ASI Eksklusif, maka tingkat produktivitasnya 8 kali lebih baik. Sebaliknya, apabila ibu menyusui harus kembali bekerja di usia bayi 2-3 bulan, maka risiko kesehatan meningkat signifikan, terutama karena proses laktasinya terganggu. Akibatnya, produktivitas tidak maksimal,” ungkap Dr Ray, yang aktif memberi edukasi lewat akun Instagram @ray.w.basrowi.

Baca Juga: 7 Manfaat ASI Eksklusif untuk Bayi, Salah Satunya Menghindari Stres

Penelitian yang dilakukannya dimulai sejak 2012 hingga 2015. Hasil penelitian  menegaskan bahwa pekerja buruh perempuan yang kembali bekerja pada usia bayi 3 bulan, maka tingkat kegagalan ASI eksklusif mencapai 81%. Artinya, hanya 19% buruh yang menyusui yang bisa ASI eksklusif.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal PGHN bertajuk “Benefits of a Dedicated Breastfeeding Facility and Support Program for Exclusive Breastfeeding among Workers in Indonesia” membuktikan bahwa cuti melahirkan 3 bulan dan gagal ASI eksklusif mengakibatkan kondisi kualitas kerja menurun drastis dan peluang ibu untuk absen dari pabrik dan kantor 2 kali lebih besar.

“Artinya, cuti 3 bulan saja tidak membuat perusahan lebih untung, malah jadi buntung karena pekerja harus sering absen," ujar Ray, yang meneliti secara khusus bidang formulasi promosi laktasi pada pekerja perempuan.

Penelitian tim kedokteran kerja FKUI juga diperdalam dengan formulasi kebijakan dan program serta intervensi hingga tahun 2019. Dalam penelitian berjudul Developing Workplace Lactation Promotion Model in Indonesia, yang dipublikasikan di BMC Archives of Public Health, konsensus multi pakar menegaskan bahwa cuti melahirkan minimal 6 bulan adalah kebijakan utama yang paling efektif dalam meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif hingga 8 kali lebih besar.

Dr Ray menegaskan, RUU KIA sebaiknya segera dilaksanakan di Indonesia, apalagi negara tetangga pun sudah melakukannya.

Baca Juga: Jangan Panik ASI Tidak Keluar Seperti Fitri Tropica, Lakukan 6 Langkah Ini!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI