Suara.com - Memiliki Gangguan Spektrum Autisme (GSA) bukanlah menjadi halangan untuk bisa menghasilkan karya. Hal ini dibuktikan oleh seniman Prinkadipa.
Baru-baru ini Prinkadipa diikutsertakan dalam program kolaborasi produk cooler bag spesial bersama Re.juve dan Luna Maya. Prinkadipa sendiri yang dikenal dengan kemampuan menggambar, dipercaya untuk mendesain cooler bag yang diproduksi dalam kolaborasi tersebut.
Perlu diketahui bahwa Prinkadipa bukanlah satu orang, melain kolaborasi antara ibu Prinka dan anaknya Dipa. Dipa sebagai penyandang autisme memiliki bakat di bidang menggambar, yang ditemukan oleh ibunya.
Prinka mengungkapkan, awalnya putranya tersebut didiagnosis menderita autis sejak kecil. Kemudian, ketika berumur empat tahu, Dipa mulai belajar memegang pensil dan menggambar di kertas maupun tembok.
Baca Juga: Siapa Pembuat Relief Sarinah? Mahakarya Peninggalan Era Soekarno yang Jadi Misteri
Melihat hal tersebut, Prinka mengaku menemukan minat putranya itu sehingga ia memfokuskan Dipa dalam menggambar.
“Umur empat tahun mulai bisa pegang pensil dan ternyata minatnya di gambar, biasanya dia (Dipa) gambaer alam seperti gajah, daun, buah, dan sayur,” ucap Prinka dalam Konferensi Pers Peluncuran Paket Ekslusif dan Cooler Bag, Rabu (15/06/2022).
Dari bakat menggambar putranya tersebut, Prinka lalu mengembangkannya dan mencoba memproduksi ke dalam kain dan tas. Prinka mencoba untuk scan karya putranya itu.
Hasil scan tersebut, ia mencoba pindahkan ke tas, kain, atau baju sehingga jadi sebuah produk. Setelah itu, jadilah nama Prinkadipa yang menghasilkan berbagai produk karya gambar tangan sendiri.
“Terus kepikiran karena banyak kertas, saya coba scan. Habis itu saya pindahkan ke tas, kan, baju gitu ternyata jadi produk,” sambungnya.
Baca Juga: Gandeng Seniman Muklay dan NIION, Digimap Rilis Merchandise Unik Edisi Terbatas
Meskipun demikian, Prinka mengaku tidak ingin memaksa putranya untuk menggambar sesuatu. Hal ini karena dalam memahami orang berkebutuhan khusus berbeda.
Prinka lebih memilih agar putranya tersebut menggambar ketika suasana hatinya mendukung. Selain itu, ia juga mengaku hanya menerima permintaan tanpa batas waktu. Hal itu karena ia tidak mau memaksakan putranya dalam melakukan kegiatan menggambar.
“Kalau Dipa enggak mau ya nanti dulu sih, karena beda sama ilustrator lain bisa diatur gitu, kalaupun dia lagi enggak mau terus kita minta, beda gambarnya gitu, jadi mending enggak dipaksa,” ungkap Prinka.
Di samping bakat Dipa yang dimanfaatkan untuk membuat produk, Prinka mengaku tetap memfokuskan demi perkembangan putranya itu. Oleh karena itu, ia tidak pernah meminta putranya melakukan sesuatu. Namun, ketika Dipa gemar melakukan sesuatu, ia mencoba untuk mendukung putranya itu. [Fajar Ramadhan]