Suara.com - Livestreaming kini menjadi salah satu strategi pemasaran untuk menjual produk dengan cara yang lebih interaktif, unik, informatif, dan sekaligus menghibur para calon pembeli. Penggabungan pengalaman belanja dengan hiburan ini atau yang dikenal dengan sebutan shoppertainment, dan sudah menjadi tren yang semakin berkembang sebagai salah satu bentuk promosi bagi para penjual di eCommerce.
Sebagai pionir konsep shoppertainment di Asia Tenggara, Lazada terus mengembangkan kanal LazLive agar para penjual bisa menjadi alat pemasaran yang efektif untuk menjangkau dan berinteraksi calon konsumen. Platform penyedia layanan top up games dan produk digital, Unipin menjadi salah satu penjual di Lazada yang memanfaatkan LazLive untuk meningkatkan penjualan.
Poeti Fatima, General Manager Business UniPin, dalam siaran tertulisnya, mengatakan bahwa UniPin berhasil mencatat penjualan fantastis dengan peningkatan penjualan lebih dari 50 persen dengan menjadikan livestreaming di LazLive sebagai salah satu kanal promosinya.
Sebagai salah satu penjual yang berhasil mengimplementasikan livestreaming dalam strategi penjualannya, UniPin membagikan berbagai tips agar para penjual juga bisa memanfaatkan livestreaming sebagai salah satu cara meraih hati konsumen. Apa saja?
1. Kenali target pasar agar bisa membuat konten livestreaming yang menarik
Poeti menjelaskan bahwa penjual harus mengetahui dan mengenali karakter dari penonton atau target konsumen agar bisa mengemas konten yang menarik. Konten yang menarik adalah konten yang relevan dengan target konsumen dan produk yang dijual.
Misalnya, Poeti mengatakan, target konsumen dari UniPin adalah gamer, maka UniPin harus membuat konsep livestreaming yang sesuai dengan keinginan gamer itu. Salah satunya adalah dengan mengundang influencer gaming dan membahas sebuah gim atau tips bermain gim.
2. Pilih waktu terbaik untuk siaran live
Ketika konten sudah menarik, tentu saja penjual ingin agar siaran langsung dapat ditonton banyak orang. Oleh karena itu, Poeti menyarankan agar penjual juga mampu mengidentifikasi waktu terbaik untuk siaran. Misalnya, saat tanggal gajian, saat mega-campaign, weekend, hingga jam pulang kerja.
3. Momen branding, bukan hanya jualan produk
Livestreaming juga bisa dijadikan cara untuk melakukan branding, dan tak hanya berjualan produk. Poeti mengakui banyak penjual yang 'ogah' menggunakan platform livestreaming untuk berjualan karena profit margin yang kecil. Padahal, banyak penjual yang memberikan diskon 'heboh' untuk menarik perhatian konsumen, dan hal ini membuat laba penjual menurun secara drastis.
Mindset sekadar untuk meraih laba sebesar-besarnya saat livestreaming memang tidak salah, namun Poeti mengatakan sesungguhnya livestreaming juga bisa dijadikan platform branding. Jadi penjual tidak harus mengejar keuntungan penjualan, tapi juga bisa mendapatkan return of investment yang jelas dengan menganggap livestreaming sebagai platform untuk branding agar bisa terus lebih dekat dan melibatkan konsumen.
Baca Juga: Hasil Riset: Inilah Skincare Lokal yang Paling Laris di Ecommerce Indonesia
4. Strategi fear of missing out (FOMO) untuk dorong penjualan produk saat livestreaming
Untuk mendorong agar penonton melakukan transaksi saat siaran langsung, Poeti menjelaskan strategi fear of missing out (FOMO) dengan diskon besar-besaran hingga 50 persen.