Suara.com - Menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang dirayakan setiap 5 Juni, ada kabar membanggakan bagi Indonesia. Komite Penyelenggara Youth 20 (Y20) memilih lagu 'Dengar Alam Bernyanyi' karya trio produser dan pencipta lagu Laleilmanino sebagai official theme song Y20 2022.
Lagu bernada riang yang diciptakan oleh Anindyo Baskoro (Nino, vokalis RAN), serta Arya Aditya Ramadhya (Lale), dan Ilman Ibrahim (gitaris dan keyboardist Maliq & D’Essentials) punya makna yang mendalam. Mereka mengajak generasi muda bergerak bersama untuk menjaga hutan demi mencegah dampak perubahan iklim yang semakin parah.
Y20 merupakan bagian dari Presidensi Grup 20 (G20), berupa platform bagi generasi muda dari semua negara G20 untuk berdialog dan mengajukan solusi atas isu-isu mendesak yang sedang terjadi di dunia.
"Y20 akan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Jakarta dan Bandung pada 17 - 24 Juli nanti. Konferensi ini akan dihadiri oleh 100 perwakilan pemuda-pemudi dari negara-negara G20 dan observer. Mereka akan berdiskusi, berdebat, dan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan yang disebut Komunike Y20," kata Rahayu Saraswati, Co-Chair Y20 2022, yang juga menjadi salah satu delegasi Y20 2020.
Baca Juga: Isran Noor Sebut Y20 di Kota Minyak Tanda IKN Bakal Tidak Merusak Lingkungan
Komunike Y20 berisi rekomendasi kebijakan yang nantinya akan disampaikan kepada para pemimpin negara G20. Ini menandakan bahwa orang muda bisa ikut bersuara dalam menentukan kebijakan dunia.
Penyelenggara KTT Y20 punya privilege untuk menentukan area prioritas, yaitu isu yang dinilai paling mendesak dan relevan bagi generasi muda dunia.
Tahun ini ada empat isu prioritas yang diangkat, yaitu Ketenagakerjaan Pemuda, Transformasi Digital, Planet Berkelanjutan dan Layak Huni, serta Keberagaman dan Inklusi.
“Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini kami juga mengadakan empat Pra-KTT yang masing-masing membahas isu prioritas tersebut. Karena diadakan di empat tempat berbeda (Palembang, Lombok, Balikpapan, dan Manokwari), kegiatan ini juga menjadi kesempatan bagi kita untuk memperlihatkan keindahan Indonesia,” kata Hanny Chrysolite, Track Chair untuk isu Planet Berkelanjutan dan Layak Huni, mengutip siaran pers yang diterima Suara.com.
Apa kaitan antara Dengar Alam Bernyanyi, Y20, dan generasi muda?
Baca Juga: Pre Summit Y20 di Balikpapan, Ada 4 Isu Penting yang Dibahas, Apa Saja?
'Dengar Alam Bernyanyi' yang dirilis pada Hari Bumi lalu bertepatan dengan persiapan acara Pra-KTT Y20 ketiga yang mengangkat isu Planet yang Berkelanjutan dan Layak Huni.
Pesan di balik lagu tersebut, yang mengajak anak muda untuk kembali ke alam dan bersama-sama menjaga bumi dari dampak perubahan iklim yang semakin parah dengan cara menjaga hutan, dinilai sangat selaras dengan isu lingkungan hidup yang akan didiskusikan. Maka, Y20 pun memilih lagu yang easy listening tersebut sebagai official theme song Y20.
Pada 20 Mei lalu, Y20 dan Laleilmanino secara resmi mengumumkan pemilihan lagu 'Dengar Alam Bernyanyi' sebagai lagu tema Y20 2022 melalui akun instagram @laleilmanino dan @y20indonesia2022.
Laleilmanino merasa sangat terhormat karena lagu karya mereka terpilih sebagai lagu tema Y20 tahun ini.
“Kita semua tahu, hutan memainkan peran sangat penting dalam menjaga agar planet ini berkelanjutan dan layak huni,” kata Ilman.
Agar pesan dalam lagu ini semakin keras bergema, Laleilmanino berkolaborasi dengan teman-teman di dunia seni yang punya kepedulian serupa terhadap alam. Mereka adalah Chicco Jerikho, Sheila Dara, dan HIVI!.
Diputar Perdana di Balikpapan
Hanny bercerita, ketika terpilih sebagai lagu tema resmi Y20, Dengar Alam Bernyanyi pertama kali diperdengarkan di acara pembukaan Pra-KTT yang dilangsungkan di Balikpapan pada 21 – 22 Mei 2022, lengkap dengan subtitle bahasa Inggris. Dengan begitu, delegasi dari negara-negara G20 bisa memahami maknanya.
Isu Planet Berkelanjutan dan Layak Huni sendiri merupakan legacy issue, isu yang setiap tahun diusung sejak awal Y20 diadakan pada 2010.
“Kita merupakan salah satu populasi yang sangat vulnerable terhadap hal-hal yang sedang terjadi di planet kita sekarang. Karena itu, topik tersebut tahun ini kembali diangkat. Temanya juga sangat pas dengan tempat berlangsungnya acara, yaitu di Kalimantan, yang masih memiliki banyak hutan. Sehingga, kita bisa menyuguhkan pengalaman kepada partisipan dan delegasi untuk menikmati alam Kalimantan,” kata Hanny.
Fokus utama diskusi Pra-KTT ketiga ini adalah perlindungan alam dan sirkular ekonomi. Para partisipan dan delegasi mengungkapkan kekhawatiran mereka akan planet yang saat ini kita huni, sekaligus mencari tahu apa yang bisa dilakukan agar agenda lingkungan hidup dapat masuk ke dalam agenda G20.
“Negara G20 menyumbang 80 persen emisi global. Jika semua negara yang tergabung dalam G20 berkomitmen untuk menerapkan pembangunan yang lebih baik, 80 persen masalah emisi sudah teratasi. Seandainya kita bisa menyampaikan aspirasi kepada para pemimpin dunia, ini akan menjadi jalur yang sangat powerful,” kata Hanny.
Ajak anak muda bergerak
Sebelum mengadakan KTT, Hanny dan tim melakukan riset dan menuangkannya dalam Whitepaper. Dari riset tersebut terungkap bahwa pada dasarnya generasi muda sudah sangat concern terhadap lingkungan dan planet ini. Terbukti, mereka telah melakukan berbagai aksi nyata untuk menerapkan perlindungan terhadap alam, termasuk advokasi, menjadi relawan, dan berinovasi untuk menjaga lingkungan dan menciptakan ekonomi yang lebih baik.
“Jadi, ketika Pra-KTT kami lebih banyak membahas tentang pentingnya menyuarakan isu perlindungan alam dan transisi ke ekonomi lebih hijau kepada pemimpin negara, karena mereka punya andil besar dalam menentukan masa depan bumi kita. Rata-rata pemimpin negara kan bukan anak muda. Padahal, isu ini sangat penting bagi anak muda,” kata Hanny.
Di samping itu, mereka juga mendiskusikan tentang penerapan gaya hidup hijau dalam keseharian dan menginspirasi anak muda lain untuk melakukan hal serupa. Selain mempertimbangkan tentang produk yang dipakai, mereka juga melihat kembali apakah selama ini menerapkan perilaku konsumtif yang berlebihan atau apakah membuang sampah secara berlebihan hingga menimbulkan polusi.
“Melihat semangat cinta anak muda dalam berpasangan, kami percaya gelora asmara yang mereka miliki dapat mereka bagikan juga untuk bumi, terutama hutan. Tanpa bumi, tidak akan ada pemandangan indah untuk mereka pamerkan di media sosial, takkan ada tempat bagi mereka untuk berlibur. Dan, yang terpenting, takkan ada tempat untuk kita semua bernapas. Semoga lagu Dengar Alam Bernyanyi yang jadi official theme song Y20 bisa membuat semua pendengar bergerak melakukan langkah kecil menuju bumi yang lebih baik untuk kita huni, dengan cara menjaga hutan. Karena hutan berperan penting dalam mengatasi perubahan iklim yang membuat kondisi bumi tidak baik, seperti sekarang. Sayangilah bumi yang menyayangi kita. Jagalah hutan, agar hutan akan menjaga kita kembali,” kata Nino.
Dari dan untuk orang muda
Generasi muda punya peran dan suara sangat penting dalam menjaga kelestarian hutan dan mencegah dampak perubahan iklim yang semakin parah. Maka, donasi dan sebagian royalti Dengar Alam Bernyanyi akan diberikan kepada Sekolah Adat Arus Kualan di Simpang Hulu dan Simpang Dua, Kalimantan Barat. Digerakkan oleh sejumlah orang muda setempat, kegiatan pendidikan di sekolah tersebut berbasis budaya dan kearifan lokal.
“Hutan Itu Indonesia (HII) berkolaborasi dengan mereka, juga dengan anak-anak muda Dayak Simpang untuk bersama-sama melestarikan hutan di sana. Selain itu, ada juga kegiatan penyemaian dan penanaman pohon endemik, serta upaya menjaga hutan bersama masyarakat adat. Kalau ingin juga berdonasi untuk menyelamatkan bumi, Anda bisa berdonasi melalui https://bit.ly/dengaralambernyanyi,” kata Christian Natalie, Manajer Program HII.
Y20 juga melihat bahwa keterlibatan orang muda lokal dipandang punya andil yang signifikan dalam menjaga alam. Karena itu, saat Pra-KTT diadakan town hall meeting yang bertujuan mengumpulkan aspirasi dari orang muda setempat. Sara bercerita, ketika itulah untuk pertama kalinya Y20 melibatkan orang muda lokal. Sebanyak 50 – 100 orang muda bertemu dengan para delegasi negara G20.
“Diskusinya seru. Masukan mereka inspiring sekali. Misalnya, seorang guru mengajukan usul agar sirkular ekonomi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Ia juga menyebutkan pentingnya mengadakan acara lokal untuk menginspirasi lebih banyak orang muda,” pungkas Hanny.