Suara.com - Berusia 96 tahun di tahun 2022 ini, tak dipungkiri bahwa Ratu Elizabeth II merupakan pemimpin Kerajaan Inggris yang paling lama memerintah. Dengan kiprahnya itu, banyak orang menganggap bahwa sang Ratu adalah bangsawan teladan yang mematuhi semua norma-norma kerajaan yang ketat.
Namun faktanya ternyata tidak seperti itu, lho. Bahkan Ratu Elizabeth pun pernah kedapatan melanggar aturan yang ia buat sendiri.
Melansir dari Bright Side, inilah 7 momen di mana Ratu Elizabeth kedapatan melanggar aturan kerajaan, bahkan yang pernah ia buat sendiri.
1. Tidak ada saksi resmi saat kelahiran anak pertamanya
Sebelum Pangeran Charles lahir, aturan kerajaan mengharuskan seorang saksi resmi, biasanya berasal dari politisi senior, untuk hadir di setiap kelahiran anggota kerajaan. Namun, tradisi itu berubah ketika Ratu Elizabeth II memiliki anak pertamanya — berkat sang ayah, Raja George VI.
Raja George memiliki ide-ide progresif dan ingin membuat aturan lebih modern untuk cucu-cucunya. Keputusannya memberi Elizabeth kesempatan untuk menikmati privasi yang sangat dibutuhkan di saat yang sulit.
2. Ratu menyusui semua anaknya
Sepanjang sejarah, ibu kerajaan mengandalkan perawat untuk menyusui bayi mereka yang baru lahir. Praktik ini memungkinkan wanita kerajaan untuk kembali ke tugas mereka.
Namun, Ratu Elizabeth II memulai tren baru dengan memilih untuk menyusui keempat anaknya sendiri. Sayangnya, dia terpaksa berhenti menyusui anak pertamanya, Pangeran Charles, setelah tertular campak.
3. Dia mengizinkan William dan Kate untuk mengundang siapa pun yang mereka inginkan ke pernikahan kerajaan mereka
Sebelum pernikahannya, William dan Kate diberi daftar resmi sekitar 700 tamu penting yang harus diundang ke upacara pernikahan mereka. Namun, itu tidak termasuk teman non-kerajaan Kate dan William.
William pun datang ke neneknya untuk meminta nasihat, dan secara mengejutkan, sang Ratu melepaskan diri dari tradisi, dengan mengatakan kepada William, "Mulailah dari temanmu, dan kemudian kami akan menambahkan yang kami butuhkan pada waktunya."
Baca Juga: Melihat Lebih Dekat Tiara Pernikahan Putri Diana yang Ikonik
4. Ratu Elizabeth mengundang ibu Meghan Markle untuk menginap selama liburan
Dalam tradisi kerajaan, perayaan Natal hanya dihadiri oleh anggota keluarga dekat. Itu sebabnya, tidak mengherankan jika orangtua Kate Middleton tidak diundang ke Sandringham, kediaman pribadi Ratu, untuk Natal.
Namun, pada tahun 2018, Ratu Elizabeth memutuskan untuk membuat pengecualian dan mengundang tidak hanya Meghan Markle, yang baru saja bertunangan dengan Pangeran Harry, tetapi juga ibunya Doria untuk bergabung dengan bangsawan lainnya untuk liburan. Tidak seperti Kate yang keluarganya tinggal di Inggris, Meghan tidak memiliki orang lain di negara itu pada waktu itu, jadi Ratu ingin menawarkan dukungan dan menunjukkan rasa hormat kepada Meghan dan keluarganya.
5. Ratu melanggar aturan "Tidak Pernah Mengeluh, Tidak Pernah Menjelaskan"
Sang Ratu dikenal karena sikap tabahnya, dan menaati aturan "tidak pernah mengeluh, tidak pernah menjelaskan" yang ditetapkan oleh ibunya. Ia sangat megang teguh aturan itu selama masa pemerintahannya, salah satunya dengan tidak pernah memberikan wawancara.
Para bangsawan juga memiliki kebijakan "tidak berkomentar" yang ketat, dan Ratu jarang berbicara kepada pers atau mengungkapkan perasaannya tentang suatu peristiwa.
Namun, dia tampaknya tidak dapat menahan diri untuk tidak bicara pada tahun 2020 ketika berbicara tentang "pengawasan yang intens" yang telah dilakukan Harry dan Meghan.
"Harry, Meghan dan Archie akan selalu menjadi anggota keluarga saya yang sangat dicintai. Saya menyadari tantangan yang mereka alami sebagai hasil dari pengawasan ketat selama dua tahun terakhir, dan mendukung keinginan mereka untuk kehidupan yang lebih mandiri," bunyi pernyataan itu.
6. Memodernisasi proses berkabung
Ratu mengubah tradisi kerajaan lainnya dengan tidak menggunakan kertas tulis bergaris tepi warna hitam setelah suaminya meninggal. Bagian dari tradisi berkabung ini berasal dari abad ke-19. Ketika Pangeran Albert meninggal pada tahun 1861, Ratu Victoria menggunakan kertas dan amplop dengan warna hitam tebal untuk berkorespondensi, untuk menunjukkan keadaan berkabung. Namun alih-alih itu, Ratu Elizabeth II memilih opsi yang lebih modern — yaitu kertas putih dengan lambang hitam sebagai gantinya.
7. Ratu Elizabeth II mengubah hukum suksesi kerajaan yang sudah lama berlaku untuk anak perempuan
Untuk waktu yang lama, keturunan laki-laki tertua dari raja dianggap sebagai penerus tahta Inggris berikutnya, terlepas dari kenyataan bahwa ia juga memiliki saudara perempuan yang lebih tua.
Namun pada tahun 2013, Ratu Elizabeth II akhirnya mengakhiri hukum suksesi tradisional berbasis gender ini. Artinya, anak pertama bisa menjadi raja, terlepas dari apakah itu laki-laki atau perempuan.