Suara.com - Beredar video yang memperlihatkan turbulensi di dalam pesawat Garuda Indonesia. Pesawat dengan rute Makassar-Palu tersebut tidak jadi mendarat di Bandara Mutiara Sis Aljufri Pal, Sulawesi Tengah lantaran diduga mengalami turbulensi.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan kejadian turbulensi atau guncangan yang terjadi dalam penerbangan GA 608 rute Makassar - Palu pada 29 Mei 2022.
Penerbangan GA 608 terjadwalkan akan mendarat pukul 14.50 WITA di Bandara Mutiara SIS Al Jufri, Palu, sebelumnya lepas landas dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, pada pukul 13.30 waktu setempat.
Namun karena adanya faktor cuaca buruk -- perubahan mendadak kecepatan arah angin yang memiliki resiko tinggi terhadap keselamatan penerbangan -- sesaat sebelum pesawat mendarat, Pilot in Command kemudian melakukan tindakan antisipatif melalui prosedur "Go Around" dengan kembali melakukan penyesuaian ketinggian pesawat pada ketinggian tertentu guna memastikan kondisi cuaca dalam keadaan kondusif untuk kembali mendarat.
Baca Juga: Kronologi dan Fakta Lion Air Tujuan Merauke Putar Balik, Gegara Runway Dipalang Sekelompok Orang
Lantas, apa itu turbulensi?
Turbulensi menjadi momen yang menegangkan di dalam pesawat. Turbulensi adalah guncangan yang terjadi pada pesawat ketika kecepatan aliran udara berubah drastis sehinga menyebabkan guncangan yang ringan ataupun kuat.
Munculnya turbulensi disebabkan karena awan sebab pesawat terkadang harus terbang menembus awan. Awan inilah yang ‘menghalangi’ pesawat melaju dan saat melewatinya, pesawat terkadang mengalami turbulensi dan mengguncang penumpang di dalamnya. Tak jarang pula turbulensi bisa terjadi ketika langit benar-benar bersih dari awan.
Turbulensi yang terjadi saat cuaca cerah tanpa awan disebut dengan clear air turbulence. Clear air turbulence ini lebih berbahaya karena awak kabin hanya memiliki waktu yang sangat sedikit untuk mengumumkan hal ini ke penumpang. Oleh karena itulah, awak pesawat harus cepat tanggap.
Baca Juga: Dirut Garuda Jelaskan Soal Turbulensi Saat Penerbangan Makassar-Palu
Hal lain yang mampu menyebabkan turbulensi adalah gelombang udara dari pesawat lain. Oleh karena itulah jarak pesawat dengan pesawat yang lain harus diperhatikan. Petugas lalu lintas udara yang bertugas dalam hal ini mencegah terjadinya turbulensi jenis tersebut.
Dampak Turbulensi
Turbulensi terkadang hanya guncangan kecil di dalam pesawat. Saat turbulensi kecil terjadi, barang-barang sedikit bergeser. Turbulensi yang ada pada level 2 lebih terasa. Tidak hanya barang yang bergeser sedikit, tetapi barang yang tidak terjaga juga bisa bergeser jauh.
Turbulensi level 3 masuk dalam turbulensi yang parah karena bisa menyebabkan penumpang terlempar dari kursi apabila tidak menggunakan sabuk pengaman.
Oleh karena itu, pramugari selalu mengingatkan kepada penumpang untuk menggunakan sabuk pengaman. Turbulensi yang paling parah adalah turbulensi level 4 yang juga disebut level ekstrem. Turbulensi level 4 mampu menyebabkan seluruh awak pesawat kehilangan kendali termasuk pilot. Namun, turbulensi level 3 dan 4 sangat jarang terjadi saat penerbangan.
Fakta Tentang Turbulensi
1. Turbulensi Itu Normal
Pikirkan turbulensi itu seperti ombak di lautan.
Ombak besar atau tidak teratur dapat membuat perjalanan perahu menjadi tidak nyaman, tetapi tidak selalu berbahaya. Hal yang sama terjadi dengan pesawat ketika terbang melalui angin yang tidak teratur.
2. Turbulensi Tidak Berbahaya
Lebih dari 8 juta orang terbang setiap hari, bertambah menjadi sekitar 3 miliar per tahun.
3. Kencangkan Sabuk Pengaman
Ketika radar cuaca pilot menunjukkan kemungkinan turbulensi di depan, pilot akan menyalakan lampu "Kencangkan Sabuk Pengaman" di atas kursimu.
Segera kencangkan sabuk pengaman saat melihat tanda peringatan ini. Sabuk pengaman adalah pertahanan yang kuat terhadap potensi cedera terkait turbulensi.
Pilot menyalakan lampu peringatan itu karena mereka dilatih untuk memahami berbagai faktor yang dapat menyebabkan turbulensi.
4. Pilot Tahu Kapan Turbulensi Datang
Pilot ahli dalam lebih dari sekadar lepas landas, terbang, dan mendarat (bukan berarti itu tidak cukup mengesankan). Pilot juga dilatih dalam perencanaan keselamatan dan navigasi — termasuk turbulensi navigasi.
Sebelum lepas landas, pilot telah memeriksa rute dan menganalisis ramalan cuaca dan radar dengan cermat. Jika mereka melihat sesuatu yang dapat menyebabkan turbulensi, pilot akan mencoba menavigasi rute alternatif untuk menghindarinya.
Dalam kasus turbulensi yang tak terelakkan, mereka akan memastikan lampu "Kencangkan Sabuk Pengaman" menyala, dan penumpang tahu akan kemungkinan turbulensi yang lebih intens.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma