Suara.com - Belakangan, bisnis online makin banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Selain karena tidak selalu perlu membuka toko secara fisik, dengan bisnis online juga bisa menjangkau pembeli lebih luas.
Meski demikian, strategi pemasaran yang dilakukan oleh para pelaku bisnis online mungkin berbeda dengan konvensional. Salah satu strategi agar usaha berkembang dan menarik pelanggan adalah dengan melibatkan para influencer.
“Yang perlu dipahami, influencer marketing itu hanya bagian dari marketing secara keseluruhan. Kalau pakai influencer, kalau berbayar harus tunjukkin insight nya,” ungkap Digital Marketing Professional and CMO of Samara Media & Entertainment, Desy Bachir dalam acara ShopeePay Talk: Trik Strategis Kembangkan Bisnis dengan Influencer Marketing, Selasa (31/5/2022).
Namun sayangnya, Desy menambahkan banyak pelaku bisnis saat melibatkan influencer bukan berdasarkan konsumennya. Tapi brand managernya suka dengan siapa.
Baca Juga: Rachel Vennya Disebut Influencer Sampah oleh Onad, Tanggapan Okin Banjir Tepuk Tangan
“Misal saya suka influencer ini, tapi audiens nya tidak suka. Jadi jangan pilih yang seperti itu,” ungkap Desy lebih lanjut.
Desy mengatakan, dalam melakukan strategi bisnis, juga perlu memilih influencer yang sesuai dengan nilai yang dimiliki brand. Kuncinya adalah, bangun pondasi kepercayaan yang kuat agar produk yang dikolaborasikan bersama influencer dapat menambah keterikatan dengan audiens.
“Sekarang ini audiens sudah lebih peka untuk membedakan mana konten yang disponsori oleh brand maupun yang tidak. Oleh karena itu, penting bagi brand untuk memilih influencer yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan komunikasi brand, serta target audiens agar pesan dapat tersampaikan dengan baik,” ungkap Desy.
“Brand juga perlu memperhatikan gaya masing-masing influencer dalam berkomunikasi dengan audiensnya, serta mendengarkan juga feedback dari influencer. Bagaimanapun, merekalah yang paling memahami audiens masing-masing,” pungkasnya.
Baca Juga: Viral! Influencer Pamer Payudara Berbalut Bra Merah di British Museum Tuai Kontroversi