Suara.com - Rumah adat merupakan salah satu kekayaan warisan budaya nenek moyang yang perlu selalu dijaga kelestariannya. Salah satunya adalah rumah adat Tongkonan dari Sulawesi Utara. Keunikan rumah Tongkonan pun menarik perhatian masyarakat.
Rumah adat Tongkonan memiliki konsep rumah panggung dengan bentuk menyerupai perahu kerajaan China. Salah satu keunikan dari rumah adat suku Toraja ini adalah hiasan tanduk kerbau di bagian depan rumah.
Yuk, ketahui lebih dekat mengenai keunikan rumah Tongkonan dari fakta-fakta berikut!
Terdiri atas 3 lapisan
Rumah adat Tongkonan terdiri atas tiga lapisan yang memiliki fungsinya masing-masing. Lapisan pertama disebut Rattiang Banua dan bersungdi untuk menyimpan benda pusaka atau yang dianggap sakral. Lapisan teratas ini dibuat dengan ijuk dan rotan sehingga sangat kuat dan tahan ratusan tahun.
Baca Juga: Kearifan Lokal Suku Sasak Pada Rumah Adat Bayan Dalam Mitigasi Bencana
Lapisan kedua adalah Kale Banua yang terdiri atas tiga bagian. Pertama, bagian utara atau tengalok untuk ruang tamu dan ruang tidur anak. Bagian kedua atau ruang Sall untuk pertemuan keluarga sekaligus untuk menyemayamkan keluarga yang meninggal, sedangkan bagian ketiga adalah ruang kepala keluarga.
Lapisan ketiga adalah Suluk Banua atau tempat yang biasa untuk menyimpan hewan peliharaan atau alat pertanian.
Hiasan Tanduk Kerbau
Pada tiang utama bagian depan rumah adat Tongkonan, Anda akan melihat rangkaian tanduk kerbau. Tanduk kerbau ini berasal daru pengorbanan jika ada anggota keluarga yang meninggal. Semakin banyak jumlah tanduk kerbau, semakin tinggi pula status sosial keluarga tersebut.
Biaya Pembangunan
Banyaknya keunikan rumah Tongkonan rupanya juga tidak terlepas dari besarnya biaya yang digunakan saat pembuatan. Penggunaan bahan-bahan berkualitas tinggi serta detail pada tiap sudutnya membuat rumah Tongkonan, menjadi faktor penentu. Pembangunan satu rumah adat bahkan bisa memakan biaya lebih dari Rp500 juta.
Baca Juga: Kabar Gembira, Rumah Adat Dayak Dipastikan akan Dibangun di Kawasan Inti IKN Nusantara
Dibangun dengan Alang Sura’
Pada dasarnya, Tongkonan terdiri dari banua sura’ atau rumah yang diukir dengan alang sura’ atau lumbung yang diukir. Keduanya disimbolkan sebagai suami istri, banua sebagai seorang ibu yang melindungi anaknya, sementara alang adalah ayah yang menjadi tulang punggung.
Arah Rumah Adat Tongkonan
Banua Tongkonan selalu dibangun menghadap utara sebagai simbol arah kepada sang pencipta, yaitu Puang Matua. Arah selatan melambangkan nenek moyang dan dunia kemudian, arah timur dengan kedewaan, dan arah barat sebagai nenek moyang yang didewakan. Banua dibangun secara bertahap dengan selisih yang cukup lama.
Ukiran Dinding
Salah satu hal yang membuat rumah adat satu ini terlihat cantik adalah ukiran dinding yang sangat detail. Dinding dari tanah liat ini memiliki ukiran dengan empat warna dominan yaitu merah, putih, kuning, dan hitam. Merah sebagai lambang kehidupan, putih sebagai simbol suci, kuning sebagai simbol kekuatan, dan hitam sebagai simbol duka.
Atap Seperti Perahu
Keunikan rumah Tongkonan juga terlihat pada atapnya. Atap rumah Tongkonan yang melengkung dari satu sisi ke sisi lainnya akan mengingatkan kita pada perahu. Bahan atap ini terdiri dari tumpukan bilah bambu yang dilapisi rumbia, alang-alang, seng, atau ijuk. Namun pada rumah tongkonan berusia tua, atapnya bisa saja terbuat dari batu.
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri