Suara.com - Radio Prambors FM baru saja mengumumkan tidak jadi bekerja sama dengan Gofar Hilman.
Sejatinya, Prambors menunjuk Gofar menjadi salah satu penyiarnya. Dalam unggahan Instagramnya pada Senin, 23 Mei 2022, stasiun radio itu menyebut Gofar bakal siaran dari Senin-Jumat pukul 06.00 WIB sampai 10.00 WIB.
Keputusan Prambors menunjuk Gofar menuai berbagai reaksi di masyarakat. Lewat petisi di laman Change.org Indonesia, misalnya, user bernama “Aku Perempuan” mempertanyakan keputusan jaringan radio tersebut memilih Gofar.
“Saya kaget bahwa mulai Senin, 23 Mei 2022, di jam di mana orang berangkat kerja atau kuliah, berkendara sendiri menuju sekolah atau diantar orang tua, Prambors dengan sadar akan menunjuk seseorang yang bangga meniduri ratusan perempuan bahkan membuat 25 folder sextape, mengudara di frekuensinya,” tulis Aku Perempuan pembuat petisi di situs change.org.
Baca Juga: Tetiba Gofar Hilman Putuskan Mundur dari Radio Prambors Padahal Baru Sepekan
Aku Perempuan menyayangkan keputusan Prambors FM lantaran Gofar Hilman juga sempat dilaporkan atas tuduhan pelecehan seksual. Meskipun korban sudah mencabut laporan, Aku Perempuan menyayangkan ketidakpekaan stasiun radio tersebut akan sulitnya pembuktian dan keberpihakan hukum terhadap perempuan korban pelecehan seksual.
“Masa iya, sekelas Prambors tidak paham akan sulitnya pembuktian dan keberpihakan hukum terhadap perempuan korban pelecehan seksual?”, tulisnya di petisi.
Keputusan Prambors tidak melanjutkan rencana kolaborasi dengan Gofar lantas mendapat apresiasi sekaligus kritik dari Saeroni, Koordinator Nasional Aliansi Laki-laki Baru.
Menurut Saeroni, media memang seharusnya bersikap secara tegas mendukung penghapusan kekerasan seksual, di antaranya dengan berpihak pada korban.
Ia menambahkan, "terduga kuat" pelaku kekerasan seksual atau mereka yang masih menunjukkan sikap bahwa kekerasan seksual adalah hal yang lumrah dilakukan oleh laki-laki memang seharusnya tidak diberi peran atau ruang.
Baca Juga: Mundur dari Prambors, Gofar Hilman Ucapkan Terima Kasih
Menurut Saeroni, sikap Gofar terhadap relasi seksual sangatlah toxic dan dapat menjadi role model yang buruk bagi anak muda.
Oleh karena itulah, ia menegaskan kalau kesempatan kedua tidak pantas diberikan pada orang-orang yang tidak jelas keberpihakannya dan tidak mengalami perubahan cara pandang sikap dan perilaku.
Terlebih lagi cara-cara intimidasi yang dilakukan terhadap korban adalah bukti nyata dari relasi kuasa.
“Penghukuman dan sanksi soal itu penting untuk membantu dan memberikan pembelajaran bagi para pelaku untuk menyadari kekeliruannya dan menyadari bahwa power yang dimilikinya itu bisa hilang, sehingga ia bisa lebih menghargai orang lain”, tutup Saeroni.
Untuk mengetahui jumlah terakhir penandatangan petisi #DearPramborsKenapaGofar klik di sini