Suara.com - Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia atau International Day for Biological Diversity selalu diperingati setiap 22 Mei di setiap tahunnya. Sebagai negara yang subur dan memiliki keanekaragaman hayati, pulau di Indonesia seperti Kalimantan menjadi rumah bagi satwa yang dilindungi seperti orangutan.
Sayangnya, sering terdengar konflik antara orangutan dan manusia akibat pembukaan lahan salah satunya untuk perkebunan sawit.
Melihat risiko tersebut, PT Teladan Prima Agro Tbk (TPA) yang memiliki lahan konsesi 60.500 hektare (Ha) di Kalimantan Timur, menjalin kerjasama dengan Ecology and Conservation Center for Tropical Studies (Ecositrop) sejak 2012.
Ecositrop merupakan sebuah lembaga penelitian konservasi ekosistem hutan tropis yang berkantor pusat di Kalimantan Timur. Baik TPA dan Ecositrop telah melakukan kajian konservasi di berbagai kawasan multi fungsi di pulau Kalimantan selama hampir 15 tahun.
Baca Juga: Soal Keamanan Hewan Kurban, Pemprov Kalsel Hanya Izinkan Hewan dari Daerah Bebas PMK
Saat ini Ecositrop fokus membantu pengelolaan dan pemantauan konservasi keanekaragaman hayati secara in-situ, atau di dalam kawasan lindung, dan di dalam konsesi perusahaan.
Saat ini TPA bekerjasama dengan Ecositrop, BKSDA, Balitek KSDA, dan Balai Diklat Kehutanan serta Universitas Mulawarman, tengah mengembangkan sistem konservasi terpadu melalui “Rencana Aksi Konservasi Orangutan dan Upaya Strategis Penyelamatan Orangutan di Perkebunan Kelapa Sawit.”
Program konservasi itu berfokus pada empat aspek utama yaitu;
- Menyiapkan ruang untuk konservasi in-situ dengan membangun konektivitas kawasan melalui koridor dan penyediaan areal bernilai konservasi tinggi.
- Mengedukasi masyarakat tentang konservasi dan penanganan potensi konflik antara orangutan dengan manusia.
- Mengedukasi seluruh bagian karyawan dan manajemen perusahaan terkait hubungannya dengan dukungan implementasi program.
- Membangun sistem Best Management Practice (BMP) dan Conservation Management Plan (CMP) untuk menjadi panduan bersama dalam implementasi konservasi di tingkat lapangan.
Kordinator Ecositrop - Yaya Rayadin mengatakan, pihaknya melalukan pendekatan yang didasari gagasan jika sebuah konsesi telah dilakukan survei dan dipelajari dengan benar, dengan memasukkan kegiatan konservasi orangutan di dalam perencanaan penanaman, maka upaya konservasi dan pengendalian konflik orangutan di dalamnya akan mudah diimplementasikan.
"Membangun model konservasi secara in-situ dan prinsip konektivitas kawasan sangat penting dalam aksi penyelamatan orangutan TPA, demi memastikan orangutan terlindungi di habitatnya, serta tersedianya potensi pakan yang terpenuhi dengan baik,” ujar Yaya dikutip dari siaran pers, Selasa (23/5/2022).
Data TPA mengklaim sejak implementasi konservasi terpadu diterapkan 2012 lalu, lorangutan dapat hidup berdampingan dengan pekerja dan masyarakat setempat. Potensi konflik antara orangutan-manusia juga menurun hingga 98,5 persen dalam lima tahun terakhir, yakni di tahun 2017 - 2021.
"Penurunan potensi konflik ini merupakan buah dari perjalanan panjang upaya implementasi konservasi terpadu TPA yang melibatkan semua pihak terkait."
"Ketersediaan areal konservasi dan koridor-koridor di area konsesi sangat penting, yang memungkinkan orangutan yang masuk ke perkebunan untuk dapat kembali lagi ke hutan tempat tinggalnya,” ujar Direktur Utama TPA Wishnu Wardhana.