Infografis
Suara.com - Sama seperti pemandangan alam, makanan juga kerap menjadi objek konten favorit penggiat media sosial. Namun menurut pendongeng Kuliner Ade Putri Paramadita mengatakan, tidak perlu memiliki tempat Instagramable agar konten makanan dapat terlihat lebih menarik.
Ade yang sudah menjelajah berbagai kuliner Nusantara mengatakan, saat membuat konten kuliner yang terpenting bagaimana cara membuat penonton atau pengikut jadi ingin mencoba makanan tersebut.
"Tidak selalu bentuknya cantik, tapi menerbitkan air liur, kalau anak muda makan ayam geprek, gak mungkin dibikin cantik, tapi kasih lihat sambel yang meleleh, ayam yang masih mengeluarkan uap hangat," ujar Ade kepada Suara.com di BSD City, Tangerang, Banten, Senin (23/5/2022).
Meski begitu, perempuan yang juga penulis itu juga menyebut, anak muda khususnya di Ibukota Jakarta, cenderung akan tetap mengedepankan rasa dan harga.
Baca Juga: 5 Bahaya Cyber Bullying Bagi Korban, Jangan Dilakukan!
"Penyajian lebih karena efek media sosial, kenapa usaha makanan itu jadi sangat sulit, karena saingannya banyak, tapi mereka harus cari sesuatu konten yang baru terus, apa yang harus disantap," jelas Ade.
Selain itu, ia juga bersyukur jika dulu banyak anak muda yang pilih makanan luar negeri karena sedang hype atau tren, maka saat ini sudah banyak yang memilih kuliner lokal.
"Sekarang justru lebih dari mana-mana khas masakan tradisional anak-anak muda udah mulai nengok. Kalau dulu harus selalu masakan yang dari mancanegara, kalau sekarang udah yang lokal pun, oke tapi flavor lokalnya," ungkapnya.
Dari sisi rasa, anak muda diperkirakan umumnya lebih suka masakan yang lebih ke creamy, keju meleleh seperti mozarella, dan makanan dengan rasa pedas masih jadi tren.
Baca Juga: Ngakak! Main Kursi Putar di Timezone, Anak Kecil Malah Teriak Minta Tolong
